Airlangga Tegaskan Indonesia Siap Menyongsong Era Revolusi Industri 4.0

SHARE

Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (istimewa)


CARAPANDANG.COM - Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto menegaskan Indonesia siap menyongsong era revolusi industri 4.0 yang sudah di depan mata.

Keterangan tertulis dari Kementerian Perindustrian yang diterima di Jakarta, Rabu (23/1/2019), menyebutkan bahwa penegasan itu disampaikan Menperin saat menjadi narasumber pada Indonesia Outlook 2019 dalam rangkaian ajang World Economic Forum Annual Meeting di Davos, Swiss. 

"Untuk menyiapkan masa depan sektor manufaktur, Indonesia telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 dengan memilih lima sektor untuk menjadi pionirnya dan menetapkan 10 program prioritas nasional," kata Airlangga. 

Lima sektor yang dipilih tersebut, yakni industri makanan dan minuman, tektil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, serta kimia. Kelima sektor ini terbukti mampu berkontribusi hingga 60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) industri manufaktur, kemudian menyumbang 65 persen pada total nilai ekspor dan 60 persen tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut.

Kemenperin memproyeksi lima sekor tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional masa depan. Aspirasi besarnya pada Making Indonesia 4.0 adalah menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara dengan perekonomian terkuat di dunia pada 2030. 

"Kami juga sudah memikirkan strategi, menyusun kebijakan yang dapat menyesuaikan serta model bisnis baru, serta bagaimana memanfaatkannya untuk mendorong daya saing berbasis inovasi, skill dan sustainability," kata Airlangga. 

Oleh karena itu, selain pemberian fasilitas insentif fiskal, pemerintah sedang fokus menjalankan program peningkatan kompetensi SDM agar siap memasuki era industri 4.0. Dalam hal ini, Kemenperin telah menggandeng Swiss untuk melaksanakan program Skill For Competitiveness (S4C). 

"Dari program itu, ada 25 pimpinan politeknik kami yang sedang mengikuti training. Jadi, program itu juga untuk menciptakan ekosistem inovasi," imbuhnya. 

Kemudian, bersama pihak Swiss, terus mendorong penerapan sistem ganda (70 persen praktik dan 30 persen teori) di seluruh kurikulum politeknik di lingkungan Kemenperin.