Akhiri Masa Jabatannya Donald Trump Bentuk Partai Patriot?

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM- Donald Trump akan segera menyelesaikan jabatan sebagai presiden Amerika Serikat (AS). Ia akan digantikan oleh Jioe Biden di Gedung Putih.

Ternyata, Donald Trump belum berniat pensiun dari kancah politik. Kabarnya, ia berniat mendirikan partai baru bernama Partai Patriot agar bisa terus memberikan pengaruh.

Menurut laporan The Wall Street Journal, Rabu (20/1/2021), Donald Trump telah membahas isu ini dengan beberpa orang dekatnya pada pekan lalu. Nama partai yang dipilih adalah Patriot Party atau Partai Patriot.

Hubungan Donald Trump dengan anggota senior Partai Republik, Senator Mitch McConnell, sedang memanas belakangan ini. Senator McConnell menyebut Trump bertanggung jawab atas kerusuhan di Capitoll Hill pada 6 Januari lalu.

Sebelumnya, Donald Trump menuntut Senator McConnell agar meloloskan bantuan stimulus senilai US$ 2.000, tetapi tidak dilakukan oleh senator dari Kentucky itu.

Donald Trump kalah dengan mengantongi 74 juta suara. Ia juga masih populer di Partai Republik.

Sebelumnya, pakar hubungan internasional dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Aleksius Jemadu, menyorot basis dukungan Trump yang sangat besar. Banyaknya pendukung Trump terkait erat dengan ketimpangan ekonomi.

Pendukung Trump banyak dari daerah rural yang merasa ditinggalkan dan tidak diwakili elit politik di Washington DC. Sementara, pendukung Joe Biden cenderung berasal dari daerah yang "elit" seperti New York dan California.

"Kita tidak setuju dengan apa yang dilakukan Trump, tapi jangan lupa, di mata pendukungnya dia, Trump itu adalah seorang pahlawan yang menjadi simbol perlawanan terhadap establishment ekonomi, media Amerika, yang dirasa terlalu egois, mendominasi, dan mau untungnya sendiri, sementara rakyat kecil yang kebutuhan ekonominya, kehilangan pekerjaan, yang selama ini diselamatkan oleh Trump, itu kan merasa terabaikan. Jadi masalahnya ini tidak di permukaannya aja, sangat mendalam," jelas Aleksius.

Apabila Trump dimakzulkan, Aleksius memprediksi massa Trump akan semakin nekat menentang establishment, pasalnya dukungan Trump terkait ke masalah ekonomi pendukungnya.

Donald Trump dianggap bisa menggunakan ketidakpuasan itu sebagai cara untuk meraih konstituen besar, meski dia sendiri sebetulnya juga miliarder dari New York.

"Ketimpangan struktural yang sudah lama tidak bisa dibenahi. Orang seperti menanggap itu tidak ada masalah. Nah, muncul orang yang 'gila' seperti Trump, lalu dia menjadi pahlawan. Jadi ini masalah ketidakadilan, masalah ketimpangan struktural," kata Aleksius.