Amien Rais Sebut Kongres PAN Ke-V Suguhkan Demokrasi Jadi-jadian

SHARE

Istimewa (Net)


CARAPANDANG.COM – Kongres PAN ke-5 yang digelar di Kendari,  Sulawesi Tenggara telah menyuguhkan tontonan demokrasi jadi-jadian. Dan kongres yang telah menetapkan kembali Zulkifli Hasan sebagai Ketua Umum PAN periode 2020-2025 seperti kongres para teroris.

Hal ini disampaikan Pendiri PAN Amien Rais dalam video yang diunggah di Instagram oleh @amienraisofficial, pada Rabu (26/2).

Amien menilai dalam kongres tersebut terjadi berbagai keanehan dan kejanggalan. Dan dia memohon maaf kepada seluruh pendukung PAN yang jumlahnya Amien sebut sekitar 10 juta.

“Berbagai keanehan kejanggalan dari Kongres PAN V yang saya betul-betul mohon maaf kepada saudaraku hampir 10 juta pemilih PAN, bahwa PAN telah menyuguhkan sebuah perhelatan nasional namanya kongres nasional yang kelima itu yang penuh keonaran. Kemudian, masyaallah, yang betul-betul ini telah melukai PAN dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dan mungkin tidak berlebihan kalau saya katakan, inilah partai yang mungkin menyuguhkan tontonan demokrasi jadi-jadian yang mungkin terburuk selama republik Indonesia ini,” ujar Amien.

Amien mengatakan kejadian seperti tidak pernah terjadi di partai lain. Dan dia merasa malu PAN yang dengan susah payah dia dirikan dan diperjuangkan melakukan hal seburuk itu.

“Itu partai lain nggak ada yang seburuk partai saya. Saya mohon maaf kepada masyarakat politik di negeri kita ini, maupun para pendukung dan pemilih PAN yang hampir 10 juta itu,” ujarnya menambahkan.

Menurutnya, Zulhas dalam mempertahankan kedudukan sebagai ketua Umum PAN melakukan hal-hal yang tidak pantas. Banyak sekali pasal-pasal dalam AD/ART yang  dia langgar.

“Nah saya akan menyajikan secara pendek. Memang jelang Kongres PAN itu, DPP di bawah Zulkifli Hasan melakukan hal-hal yang sesungguhnya tidak pantas. Banyak sekali pasal-pasal AD/ART yang dilanggar. Kemudian SC-nya pun juga tidak begitu adil. Bahkan 100 persen OC itu dari katakan lah kubunya Zulkifli Hasan. Jadi, ini kejanggalan. 17 DPD di-Plt. Kemudian di seluruh mudaslub dalam tempo kurang dari 10 hari, deadline-nya 31 Januari. Padahal 10 Februari kongres,” jelasnya.

“Jadi ini dimulai dengan sebuah kerusakan dan yang saya lihat lagi, saudara-saudaraku, waktu itu suasana di kongres itu seperti seolah-olah kongres para teroris. 1.300 polisi dikerahkan, di halaman hotel, kemudian di lobby, di seluruh lorong lobby ada pagar betis, bahkan juga ada beberapa ratus barangkali Brimob kiriman dari Makassar,” paparnya menambahkan.

Namun, Amien tidak menyalahkan pihak kepolisian. Tapi pengamanan yang diberikan pada kongres tersebut sangat berlebihan dan tidak masuk akal.

“Saya nggak menyalahkan polisi. Tapi ini agak berlebihan. Peserta kongres yang punya hak pilih itu 590, yang datang polisinya 1.300. Seolah-olah satu orang diawasi 2 polisi. Dan yang lebih berat lagi, yang ini harus dituntaskan, kita minta pertanggungjawaban saudara ketua kemarin ini ya. Bagaimana mungkin ada puluhan penyusup badannya besar, ada tato, tanpa pakaian yang rapi, tapi semua dikalungi dengan peserta peninjau. Ketika disuruh keluar tidak mau,” jelasnya.