CARAPANDANG.COM – Sukarno tak hanya dikenal sebagai seorang politikus. Ia juga dikenal sebagai sosok yang peduli pada seni. Untuk mengungkapkan rasa seninya Sukarno pernah membuat puisi berjudul Aku Melihat Indonesia. Berbilang beberapa dekade kemudian Sukmawati, putri Sang Proklamator membawakan sebuah puisi di ajang Indonesia Fashion Week 2018 di Jakarta Convention Centre, Rabu (28/3/2018). Dalam puisinya tersebut Sukmawati menyudutkan mengenai syariat Islam, cadar, dan azan.
Berikut puisi yang dibacakan Sukmawati:
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
Seni dan budaya Indonesia sesungguhnya bukanlah hal yang perlu dipertentangkan dengan Islam. Islam Nusantara yang diwartakan dapat melihat hal tersebut. Sementara itu Sukarno melalui puisinya Aku Melihat Indonesia juga lebih fokus dengan pesona alam dan budaya Indonesia, tanpa perlu menyentil hal yang terkait dengan Suku, Agama, Ras (SARA).
Aku Melihat Indonesia
Oleh: Sukarno
Jikalau aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar Lautan Indonesia bergelora
Membanting di pantai Ngliyep itu
Aku mendengar lagu, sajak Indonesia
Jikalau aku melihat
Sawah menguning menghijau
Aku tidak melihat lagi
Batang padi menguning menghijau
Aku melihat Indonesia
Jika aku melihat gunung-gunung
Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu
Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Kelebet
Dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku mendengarkan pangkur palaran
Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia
Jika aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia
Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa
Dengan mata yang bersinar-sinar
(berteriak) Merdeka! Merdeka, Pak, Merdeka!
Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia
Berikut puisi yang dibacakan Sukmawati:
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
Seni dan budaya Indonesia sesungguhnya bukanlah hal yang perlu dipertentangkan dengan Islam. Islam Nusantara yang diwartakan dapat melihat hal tersebut. Sementara itu Sukarno melalui puisinya Aku Melihat Indonesia juga lebih fokus dengan pesona alam dan budaya Indonesia, tanpa perlu menyentil hal yang terkait dengan Suku, Agama, Ras (SARA).
Aku Melihat Indonesia
Oleh: Sukarno
Jikalau aku berdiri di pantai Ngliyep
Aku mendengar Lautan Indonesia bergelora
Membanting di pantai Ngliyep itu
Aku mendengar lagu, sajak Indonesia
Jikalau aku melihat
Sawah menguning menghijau
Aku tidak melihat lagi
Batang padi menguning menghijau
Aku melihat Indonesia
Jika aku melihat gunung-gunung
Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Merbabu
Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Kelebet
Dan gunung-gunung yang lain
Aku melihat Indonesia
Jikalau aku mendengarkan pangkur palaran
Bukan lagi pangkur palaran yang kudengarkan
Aku mendengar Indonesia
Jika aku menghirup udara ini
Aku tidak lagi menghirup udara
Aku menghirup Indonesia
Jika aku melihat wajah anak-anak di desa-desa
Dengan mata yang bersinar-sinar
(berteriak) Merdeka! Merdeka, Pak, Merdeka!
Aku bukan lagi melihat mata manusia
Aku melihat Indonesia