Asesmen Kompetensi Minimum Menjawab Tantangan Zaman

SHARE

Belajar (GTK)


CARAPANDANG.COM - Kemendikbud pada tahun 2021 akan menyelenggarakan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Asesmen tersebut tidak dilakukan berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi kurikulum seperti yang selama ini diterapkan dalam ujian nasional, melainkan melakukan pemetaan terhadap dua kompetensi minimum siswa, yakni dalam hal literasi dan numerasi. 

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril mengungkap visi Asesmen Kompetensi Minimum merupakan upaya menjawab tantangan zaman dan mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan.

“Di masa depan tidak bisa kita hanya, bahkan masa sekarang juga ya bekerja hanya pada satu bidang. Kita nanti bidangnya wah sudah enggak ini lagi nih, diambil sama teknologi dan lain-lain, lebih efisien, ternyata ilmu kita sudah tidak relevan lagi sehingga harus pindah atau mencari keterampilan lain dan sebagainya,” urai Iwan Syahril.

“Prediksinya kan ke depan itu siswa yang tamat tahun sekarang itu bisa sampai pindah 4, 5 bidang pekerjaannya di masa depan. Betul-betul pindah bidang karena bidangnya sudah die out, teknologi sudah bisa menggantikan,” imbuhnya.

Literasi dan numerasi yang dimaksud sendiri hendaknya dimaknai sebagai lintas mata pelajaran.

“Jadi sebenarnya fokus literasi, numerasi, pendidikan karakter ini membutuhkan pemikiran yang tidak terikat pada satu disiplin. Jadi guru-guru perlu untuk mendorong bagaimana bisa menciptakan ruang-ruang terjadinya apakah itu project bersama-sama dan lain sebagainya,” ujar Iwan Syahril.

“Tetap memang begini literasi, numerasi ini menurut saya perlu kita kuatkan. Literasi terutama dalam pemahaman ilmu pendidikan pada saat ini, literasi kan bukan sekadar ilmu bahasa. Literasi ini lintas mapel sebenarnya. Memang dalam konteks guru-guru perlu kita belajar bersama-sama bagaimana memaknai literasi dan numerasi ini dalam konteks yang lintas disiplin tersebut,” sambungnya.

Literasi dan numerasi intinya adalah bagaimana memaknai informasi yang bermacam-macam. Kalau literasi, informasi dalam bentuk teks. Kalau numerasi, informasi dalam bentuk angka dan kemudian maknanya seperti apa, kemudian memproduksi makna seperti apa. Fokusnya pada meaning.