Berpihak Pada Anak Dengan Personalisasi Pembelajaran

SHARE

Personalisasi pembelajaran


CARAPANDANG.COM –Dalam acara yang digelar virtual oleh UNICEF Indonesia, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim menjawab sejumlah pertanyaan dari U-Reporter yang berpartisipasi. Turut berbincang seru aktris Sophia Latjuba sebagai perwakilan dari orang tua murid.

Dalam kesempatan tersebut Mendikbud angkat suara soal mitologi parenting hingga personalisasi pembelajaran.

“Banyak orang tua tidak menyadari betapa powerful mengikuti kemauan si anak. Itu bisa untuk pembelajaran. Itu luar biasa,” kata Mendikbud Nadiem Makarim di Jakarta, Jumat (15/1/2021).

Pada sisi sebaliknya, kondisi psikososial anak yang buruk akan berpengaruh terhadap pembelajarannya.

“Dan opposite-nya juga luar biasa. Kalau anak itu stres, pembelajaran itu impossible, enggak bisa. Orang tua suka berteori kalau saya enggak marahin, ini anak enggak akan disiplin dalam belajar,” tutur Nadiem.

“Tapi kalau marahinnya dengan cara yang membuat anak itu stres, bisa aja dia nyelesain proses belajarnya, tapi apakah pembelajaran itu masuk ke otaknya dia? Karena dia sedang dalam tekanan. Ini yang banyak mitologi mengenai parenting yang sudah ditepis oleh sains, yang banyak orang tua belum tahu,” sambung Mendikbud.

Nadiem lalu membahas tentang pembelajaran yang berpusat kepada murid, dalam hal ini personalisasi pembelajaran.

“Dan mbak Sophia sudah menjadi orang tua penggerak, karena dia sudah mengerti banget personalized learning, itu dampaknya luar biasa,” tutur Mas Menteri.

Personalisasi pembelajaran menurut Mendikbud lebih tepat dilakukan oleh orang tua.

“Kita tidak bisa bilang guru melakukan itu, guru itu punya 30 anak dalam kelasnya. Guru-guru yang paling hebat, sejago-jagonya guru yang paling hebat itu bisa mensegmentasikan kelas. Dia jago mensegmentasi, ada satu grup yang dikasih pekerjaan lebih susah, atau lebih ringan, dia kasih anak yang punya interest, dia boleh pilih topiknya, buat esainya,” terang Mendikbud Nadiem Makarim.

“Tapi hanya orang tua yang bisa memimpin proses pembelajaran personalisasi. Jadi kalau benar-benar buat itu anak, itu cuma orang tua yang bisa melakukannya. Karena guru punya 30 anak. Jadi orang tua harus berpikir saya ini pendidik utama apa enggak? Itu keputusan tiap orang tua,” tambah Mendikbud.