Bubarnya Indonesia Kita?

SHARE

Prabowo Subianto (Cara Pandang/Soki)


CARAPANDANG.COM – Pernyataan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tentang hasil kajian internasional yang menyebut Indonesia bakal bubar pada 2030 mendapatkan tanggapan beragam. Beberapa pihak mempertanyakan akurasi data yang diungkap oleh Prabowo tersebut.

Pidato dari Prabowo tersebut diunggah di media sosial Partai Gerindra pada Senin (19/3/2018). Dalam video tersebut terpampang tulisan di belakang Prabowo “Konferensi Nasional dan Temu Kader”. Dalam video tersebut mantan Danjen Kopassus tersebut menyoal ketimpangan penguasaan kekayaan, tanah, dan capital flight.

"Saudara-saudara. Kita masih upacara. Kita masih menyanyikan lagu kebangsaan. Kita masih pakai lambang-lambang negara. Gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini, tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian dimana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030," kata Prabowo Subianto dalam sebuah acara Gerindra.

Ancaman bubarnya Indonesia bukan kali ini saja diungkapkan. Bahkan dalam berbagai periode kekuasaan, ancaman bubarnya Indonesia terus menyeruak. Hal itu diantaranya karena membentangnya luas wilayah Indonesia dengan jumlah penduduk yang begitu banyak. Jumlah penduduk Indonesia menempati peringkat keempat terbesar di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang bentangannya dari Turki-Skadinavia. Jika dikalkulasi puluhan negara dapat “masuk” dalam 1 negara Indonesia. Dari Aceh-Papua ditempuh dalam perjalanan 9 jam, masih di dalam negeri.

Belum lagi dengan keragaman yang dimiliki oleh negeri ini, baik dari agama, etnis. Perbedaan dapat menjadi potensi perpecahan dari sebuah negeri. Masukkan lagi unit analisa politik dan ekonomi, maka bertambahlah celah kemungkinan bubarnya Indonesia. Bubarnya Uni Soviet tak dapat dilepaskan karena faktor politik dan ekonomi. Kebijakan glasnost dan perestroika dari Mikhail Gorbachev ditengarai menjadi pintu masuk bubarnya negara yang terlibat Perang Dingin dengan Amerika Serikat.

Maka pernyataan dari Prabowo tersebut tentu layak untuk direnungkan. Tentu kesahihan data yang diungkap Prabowo perlu ditelusuri. Meski begitu narasi ancaman bubarnya Indonesia memang selalu ada. Terlebih jika potensi konflik di ranah ekonomi dan politik terjadi.