Digitalisasi Pendidikan di Sekolah Perbatasan

SHARE

Digitalisasi Pendidikan di Sekolah Perbatasan


CARAPANDANG.COM - Proyek digitalisasi, yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), adalah gebrakan besar yang akan menjadi pintu masuk bagi kemajuan pendidkan di daerah terdepan, terluar dan tertinggal. “Sentuhan” nyata itu dalam rangka menghilangkan persepsi yang terlampau lama dan akut menempel pada wajah pendidikan di kawasan perbatasan.  

Potret pendidikan di daerah terdepan, tertinggal dan terluar seringkali dipersepsikan mengalami keterbatasan, baik dari sisi pemenuhan sarana dan pra sarana sekolah maupun sumber daya manusia. Meski kenyataan yang demikian benar adanya, namun untuk mengatakan bahwa fakta tersebut terjadi di semua sekolah, maka itu perlu dibuktikan kebenarannya kembali. Sebab, selama 5 tahun terakhir, ada berbagai program pemerintah yang mendorong kemajuan bagi proses pendidikan di kawasan 3 T tersebut.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus mengupayakan afirmasi bagi terlaksananya pendidikan di daerah-daerah perbatasan. Tidak saja mendukung dalam perbaikan dan kelengkapan sarana dan pra sarana sekolah, tetapi juga kerap memberikan beasiswa afirmasi pendidikan bagi peserta didik yang berasal dari kawasan-kawasan tersebut. Yang paling baru, Kemendikbud memberikan anggaran cukup besar senilai total Rp3,90 triliun untuk digitalisasi pendidikan di sekolah-sekolah perbatasan.

Program afirmasi ini sekaligus menjawab tantangan global dunia Pendidikan di era Revolusi Industri 4.0. Tak pelak, saat ini, anggapan miring terhadap pendidikan di perbatasan perlu direvisi. Gebrakan pemerintah untuk mendorong kemajuan sektor pendidikan di daerah perbatasan dilakukan dalam bentuk program digitalisasi sekolah-sekolah.

Upaya digitalisasi ini sangat penting kaitannya dalam dua hal, yaitu: Pertama, kebutuhan mendasar berjalannya proses pembelajaran yang lebih modern dan progresif. Dengan modernisasi pembelajaran, stakeholder sekolah akan semakin berinovasi menciptakan model-model pembelajaran di kelas; Kedua, yang lebih luas lagi, program digitalisasi ini sangat jelas ingin menjawab tantangan dunia pendidikan global yang mengharuskan untuk terkoneksi dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Sebab itu, secara khusus, untuk menjawab kebutuhan mendasar sekolah-sekolah di kawasan terdepan, tertinggal dan terluar, Kemendikbud memunculkan inisiatif Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Afirmasi. Mendikbud Muhadjir Effendy menjelaskan, untuk memenuhi amanat Undang-undang terhadap berjalannya proses pendidikan di daerah perbatasan maka pada tahun ini Kemendikbud menganggarkan sebesar Rp2,85 triliun BOS Afirmasi dan Rp1,5 triliun untuk BOS Kinerja. Program yang disebutkan terakhir akan diberikan kepada sekolah-sekolah yang memiliki kinerja baik di Kawasan 3 T.

Sebagaimana yang sudah beredar luas di berbagai pemberitaan belakangan ini, kedua program tersebut akan menyasar sebanyak 30.227 sekolah dan sebanyak 1,06 juta tablet untuk siswa. Sementara BOS Kinerja akan diberikan kepada 6.004 sekolah dan 692.212 peserta didik dalam bentuk komputer, LCD, laptop, tablet, server, router dan hard disc eksternal. 

Jadi, sangat mungkin program ini akan menjadi gebrakan pembaruan yang luar biasa bagi dunia pendidikan di dalam negeri, khususnya bagi pendidikan di daerah terdepan, terluar dan tertinggal. Dengan berbagai ketersediaan sarana tersebut, diharapkan guru dan peserta didik tidak lagi memiliki kesusahan dalam mengakses informasi penting melalui internet.  

Inovasi sebagai Kemutlakan

Inovasi adalah sebuah kemutlakan bagi terlaksananya proses pembelajaran di kelas. Tanpa adanya pembaruan dalam pembelajaran, dipastikan transformasi pengetahuan dari guru kepada peserta didik akan mengalami hambatan yang signifikan. Pembelajaran yang monoton akan berdampak pada respons peserta didik menjadi malas berfikir, tidak fokus dan membosankan.

Karena itu, digitalisasi merupakan program memodernisasi model pembelajaran di kelas. Dengan proyek digitalisasi, guru bisa memperbarui inovasi dan model pembelajaran di kelas, akses terhadap rujukan bacaan yang lebih luas melalui berbagai aplikasi pencaraian data, pembelajaran on line, dan lainnya. Jadi, inovasi melalui digitalisasi ini juga bisa dikatakan sebagai proyek untuk menghadapi tantangan revolusi industry 4.0.

Kaitannya dengan upaya memajukan pendidikan di daerah perbatasan, maka inovasi pendidikan melalui proyek digitalisasi patutlah diapresiasi. Program BOS Afirmasi dan BOS Kinerja akan menjadi pintu masuk bagi langkah maju pendidikan di kawasan 3T. Digitalisasi akan membuka cakrawala pengetahuan bagi semua stakeholder yang mengabdikan hidupnya dalam pekerjaan pendidikan di kota-kota seperti di Nunukan, Sebatik dan Malinau (Kaltara) dan Kupang (NTT).  

Program digitalisasi melalui BOS Afirmasi dan BOS Kinerja adalah satu cara untuk memajukan pendidikan di daerah perbatasan. Masih perlu ada cara-cara lain yang mendorong bagi pemajuan pendidikan di sana, salah satunya adalah dengan memperkuat regulasi kebijakan pendidikan bagi terselenggaranya proses pendidikan yang lebih baik di daerah perbatasan.