Dinkes Yogyakarta Mendeteksi 39 Pasien Tuberculosis Kebal Obat

SHARE

istimewa


CARAPANDANG.COM- Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mendeteksi 39 pasien tuberculosis di kota tersebut masuk dalam kategori kebal obat sehingga perlu terus dilakukan pemantauan dan pemberian dukungan agar pasien dinyatakan bebas dari penyakit itu.

“Jumlah tersebut merupakan jumlah kumulatif sejak 2012. Angkanya memang terlihat kecil, tetapi bisa memberikan pengaruh pada meningkatnya kasus tuberculosis (TB) kebal obat jika tidak ditangani dengan baik,” kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, penderita TB kebal obat harus diberikan dukungan agar bisa mengikuti pengobatan yang sudah ditetapkan, misalnya meminum obat secara teratur, baik jumlah maupun waktunya.

Endang mengatakan, pasien TB kebal obat membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa sembuh, yaitu sekitar 18 bulan hingga dua tahun dan selama rentang waktu tersebut harus rutin minum obat setiap hari.

“Pengobatan TB ini memang cukup berat karena membutuhkan kesabaran dan waktu pengobatan cukup lama. Biasanya, pasien menghentikan pengobatan setelah satu atau dua bulan karena merasa badannya sudah cukup sehat,” katanya.

Namun demikian, Endang mengatakan, pilihan tersebut justru berbahaya karena bisa berpotensi menjadikan pasien sebagai pasien TB kebal obat. “Pengobatan TB rata-rata membutuhkan waktu enam bulan dan harus rutin minum obat tiap hari,” katanya.

Pasien TB kebal obat, lanjut Enang, memiliki risiko yang lebih besar untuk menularkan penyakitnya ke orang lain dan orang yang tertular akan otomatis menderita TB kebal obat dan harus mengikuti pengobatan dengan jangka waktu lama.

“Jika pasien melakukan pengobatan secara rutin dan tertib, pasti penyakitnya bisa disembuhkan. Sudah ada beberapa kasus pasien yang sembuh. Tetapi, syaratnya harus rutin minum obat dalam jangka waktu tertentu,” katanya.

Pasien yang menderita TB juga diminta untuk mengenakan masker guna mencegah potensi penularan penyakit yang disebabkan oleh bakteri tersebut dan menerapkan etika saat batuk dan bersin yaitu menutup mulut. Masyarakat juga perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Pasien yang terdeketsi mengalami TB kebal obat akan dirujuk ke RS Dr Sardjito untuk pengobatan awal dan jika kondisinya sudah dinyatakan mulai stabil bisa mengalihkan pengobatan ke puskesmas terdekat dengan tempat tinggalnya.

“Pasien penderita TB kebal obat ini tidak hanya warga yang sudah berusia lanjut tetapi sebagian besar justru masih berusia produktif,” katanya yang menyebut ada sekitar 900 pasien TB dari semua kategori di Yogyakarta.

Ia pun optimistis jika target 2030 bebas TB bisa diwujudkan di Kota Yogyakarta.