Eep Saefulloh, Dari ‘King Maker’ Hingga Menjadi ‘Cawapres’

SHARE

Eep Saefulloh Fatah (dpd PAN Subang)


CARAPANDANG.COM – Nama Eep Saefulloh Fatah dikenal publik secara meluas di era tahun 1998. Kala itu reformasi muncul didengungkan dan dirinya menjadi pengamat politik muda, cerdas, dengan tutur kata yang khas. Alumnus Universitas Indonesia ini juga memiliki bekal mentereng di dunia kampus. Ia menjadi mahasiswa berprestasi, menjadi Ketua Umum Forum Studi Islam (FSI) Fisip UI, Ketua Umum Senat Mahasiswa Fisip UI.

Untuk urusan menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan, sosok kelahiran Cibarusah, Bekasi, 17 September 1967 ini pernah menjadi ketua litbang redaksi Republika. Ia pun pernah menulis beberapa buku antara lain ‘Membangun Oposisi: Agenda-agenda Perubahan Politik Masa Depan’, ‘Provokasi Awal Abad: Membangun Panca Daya, Merebut Kembali Kemanusiaan’, ‘Bangsa Saya yang Menyebalkan: Catatan tentang Kekuasaan yang Pongah’.

Eep juga dikenal sebagai pendiri lembaga konsultan politik PolMark Indonesia. Melalui PolMark Indonesia, Eep seolah menjadi ‘king maker’ dengan rekam jejak memenangkan pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar pada pemilihan Gubernur Jawa Barat. Pada Pilgub DKI 2012 dan 2017, pasangan yang diampunya berhasil menjadi pemenang. Pada 2012 dengan pasangan Jokowi-Ahok, pada 2017 dengan pasangan Anies-Sandi. Untuk tingkat nasional pada Pilpres 2014 sebagai konsultan politik probono, diantarkannya pasangan Jokowi-Jusuf Kalla sebagai pemenang.

Maka ketika Jaringan Milenial Indonesia (JMI) mendeklarasikan dukungan kepada Eep Saefulloh Fatah sebagai calon wakil presiden di Pilpres 2019 di D Hotel, Jakarta, Sabtu (28/4/2018) malam, sesungguhnya Eep telah memiliki bentangan rekam jejak panjang terkait politik. Jangan lupakan pula dirinya pernah sebagai dosen di Universitas Indonesia. Maka dengan rekam jejak yang beragam itu Eep telah memiliki modal politik untuk berkiprah lebih jauh.

Akankah Eep benar-benar serius dipinang sebagai cawapres tentu merupakan kombinasi yang memerlukan persetujuan dari capres serta partai politik. Namun di sisi lain, Jaringan Milenial Indonesia memberikan terobosan bahwa tokoh yang layak beredar di orbit politik nasional bisa jadi belum terdata di perbicangan ataupun survei yang lazim dilakukan. Terobosan itu juga memberikan cara pandang bahwa sesungguhnya Indonesia kaya dengan stok SDM-SDM yang bisa menempati ragam jabatan publik.