Emas Naik 0,01 Persen Setelah Mengalami Penurunan

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas mengawali perdagangan dengan penguatan, melanjutkan penguatan pada perdagangan sebelumnya setelah anjlok 1% lebih pada perdagangan 12 Maret 2024 yang mematahkan penguatan selama sembilan hari beruntun.

Pada perdagangan Rabu (13/3/2024) harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,76% di posisi US$ 2.174,4 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 05.35 WIB Kamis (14/3/2024), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,001% di posisi US$ 2.174,42 per troy ons.

Harga emas naik pada perdagangan Rabu, didukung oleh melemahnya dolar, karena investor tetap berharap akan adanya penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada bulan Juni mendatang meskipun laporan inflasi AS sedang panas, sementara meningkatnya ketegangan geopolitik membuat permintaan safe-haven emas batangan tetap utuh.

Indeks dolar turun 0,16% di level 102,79 pada perdagangan Rabu (14/3/2023). Penurunan dolar membuat emas lebih murah bagi pembeli luar negeri.

"Situasi kenaikan harga emas saat ini adalah sebuah win-win solution, jika The Fed memangkas suku bunga, maka emas melonjak secara substansial, jika mereka tidak memangkas suku bunga, akan ada kekhawatiran terhadap inflasi yang dapat mendorong harga emas lebih tinggi," ujar Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, kepada Reuters.

Emas batangan pada hari Selasa mundur dari rekor tertingginya pada minggu lalu, mencatat penurunan satu hari terburuk sejak 13 Februari, setelah sebuah laporan menunjukkan harga konsumen AS meningkat tajam pada bulan Februari, yang mengindikasikan adanya kekakuan dalam inflasi.

Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan berarti lebih banyak tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sehingga membebani aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas. Logam mulia juga digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Menurut FedWatch Tool dari CME Group, para pelaku pasar terus bertaruh pada penurunan suku bunga bulan Juni mendatang, memperkirakan peluang sekitar 65% dibandingkan dengan 72% sebelum data CPI dirilis.

"Perang Rusia-Ukraina, dan konflik (Israel-Hamas) sudah menjadi konsekuensinya dan telah berlangsung selama beberapa waktu," ujar Will Rhind, CEO GraniteShares, kepada Reuters.

Emas akan lebih terdukung oleh "eskalasi atau perkembangan baru, sesuatu yang penting untuk memfokuskan aspek risiko geopolitik," tambah Rhind.

Fokus saat ini tertuju pada penjualan ritel AS, indeks harga produsen, dan klaim pengangguran awal mingguan, yang semuanya akan dirilis pada hari Kamis waktu AS.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir antaranews.com