Emas Naik 0,02 Persen Naik Diatas 2000 Dolar AS

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga emas berhasil melonjak di atas US$ 2.000 per troy ons seiring melemahnya dolar karena spekulasi jeda bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reverse (The Fed).

Pada perdagangan Jumat (24/11/2023) harga emas di pasar spot ditutup melonjak 0,51% di posisi US$ 2.001,97 per troy ons.

Sementara, hingga pukul 06.00 WIB Senin (27/11/2023), harga emas di pasar spot bergerak lebih tinggi atau naik 0,02% di posisi US$ 2.002,27 per troy ons.

Emas naik melampaui level penting US$2.000 pada perdagangan Jumat, mencatat kenaikan mingguan kedua berturut-turut, seiring melemahnya dolar AS di tengah spekulasi bahwa The Federal Reserve AS telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya.

Indeks dolar telah memburuk karena lemahnya data yang dirilis minggu ini yang seharusnya membuat The Fed mengambil sikap yang lebih dovish dan hal ini bisa menjadi pendorong bagi emas pada tahun 2024, ujar Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures, Chicago.

Indeks dolar (DXY) turun ke posisi 103,44 pada perdagangan terakhir pekan lalu, dari 103,9 pada Rabu pekan lalu. Indeks dolar berada di jalur penurunan mingguan kedua di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga pada Mei tahun depan.

"Bagaimanapun, data ekonomi terbaru agak mengecewakan," ucap Commerzbank dalam sebuah catatan, kepada Reuters.

Commerzbank memperkirakan penurunan suku bunga pertama akan dilaksanakan pada pertengahan tahun depan, sehingga harga emas kemungkinan akan terus naik di atas US$2.000.

Para pedagang memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunganya tidak berubah pada bulan Desember mendatang, dan memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 64% pada awal bulan Mei 2024, menurut FedWatch Tool dari CME.

"Kami tidak melihat adanya pergerakan lebih tinggi atau lebih rendah secara signifikan dalam jangka pendek hingga tahun depan dan menjadi lebih pasti bahwa bank sentral AS bersedia menurunkan suku bunga dan mungkin memangkas suku bunga secara signifikan sebelum kita mencapai target inflasi 2%. ," ujar Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities, dikutip dari Reuters.

Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas karena dolar yang menguat membuat emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tidak menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury membuat emas kurang menarik.

Namun, suku bunga yang lebih rendah akan membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih menarik untuk dikoleksi. dilansir cnbcindonesia.com