Gus Falah: Bung Karno Memiliki Hubungan Erat Dengan Pemikiran Keagamaan Islam

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM -  Baitul Muslimin Indonesia  (Bamusi) menggelar  Webinar berkala tentang hubungan Bung Karno dengan Ormas Islam yang ada di Indonesia. Webinar ini dimaksudkan untuk menggali kembali jasa-jasa Bung Karno dalam perjuangannya untuk memerdekakan Negara Republik Indonesia.

Sesi pertama, webinar dilaksanakan pada Rabu malam (26/8), dengan menghadirkan  narasumber Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Syafiq A. Mughni. Ph.d dan Ketua PBNU Dr. KH. Marsudi Syuhud. Bertindak sebagai Keynote speaker Ketua Umum PP Bamusi Prof. Dr. Hamka Haq. MA  dan dimoderatori oleh Dr. Ulfah Mawardi.

Sekretaris Umum PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), Nasyirul Falah Amru mengatakan sejarah hubungan Bung Karno dengan Ormas Islam sangat penting, sebab menjadi bagian dari perjalanan pemikiran Soekarno itu sendiri. Ini juga menjadi sangat penting digali terus-terus terutama bagi kalangan milenial.

"Hal ini juga menjadi sangat penting, sebagaimana yang sering kita dengarkan nasehat dari Bapak Proklamator Indonesia Bung Karno sendiri dengan selalu mengatakan Jas Merah; jangan sekali-kali melupakan sejarah," ujarnya di Jakarta,  Kamis pagi (27/8).

Dia menjelaskan bahwa Bung Karno  memiliki hubungan sangat erat sekali dengan pemikiran keagamaan Islam. Bahkan hubungan Soekarno dengan ormas-ormas Islam maupun tokoh-tokoh ormas Islam di Indonesia begitu dekat. 

Di masa muda misalnya, Soekarno berkenalan dan bersentuhan langsung dengan tokoh Syarikat Islam yang dikenal sebagai Raja tanpa Mahkota, Haji Omar Said Tjokroamnito. Soekarno kemudian menjadi santri dari pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan bersahabat baik dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti KH Mas Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo. Saat dibuang ke Bengkulu, Soekarno menjadi Ketua Majelis Pengajaran Muhammadiyah dan menikahi puteri tokoh Muhammadiyah Bengkulu Hasan Din, yang kemudian menjadi Ibu Negara pertama, yaitu Fatmawati.

Bung Karno juga sangat dekat dengan tokoh Nahdlatul Ulama seperti KH Wahid Hasyim. Pun demikian dengan tokoh Persatuan Islam (PERSIS) Ahmad Hassan, yang tergambar dengan sangat jelas melalui korespondensi saat Bung Karno dibuang Belanda ke Ende. Korespondensi antara Soekarno dan Ahmad Hassan ini terekam dalam buku "Surat-surat Islam dari Ende" yang kemudian menjadi bagian dalam buku "Di Bawah Bendera Revolusi". 

Maka itu menurut Gus Falah, Bamusi sebagai sayap Islam di PDI Perjuangan sangat perlu mengadakan webinar ini. "Kami akan selalu memberikan pencerahan tentang wawasan kebangsaan ini melalui webinar yang Insya Alloh akan terus diselenggarakan oleh PP BAMUSI secara berkala," kata Falah, yang juga anggota DPRRI dari Fraksi PDI Perjuangan.

Selain Webinar, sambung Falah, PP BAMUSI juga mengadakan Sosialisasi Kebangsaan serta da’wah Islam dengan da’wah islam Rahmatan lil Alamin.
Dengan semakin seringnya diskusi tentang Bung Karno bersama tokoh-tokoh dari Ormas Islam yang ada Di Indonesia diharapkan generasi penerus bangsa ini kiranya dapat mengambil Hikmah dan pelajaran yang sangat berarti dalam kehidupan berbangsa.

Secara terpisah, Hamka Haq mengapresiasi kegiatan Webinar tersebut yang memang seharusnya dilakukan sesering mungkin agar generasi penurus Bangsa bisa mengetahui sejarah para Pendiri Bangsa ini. Karena bagaimanapun kita telah mengetahui jasa para pahlawan kemerdekaan Indonesia Khususnya Bung Karno sebagai Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia.