Ini Kata Alumnus IJSO Soal High Order Thinking Skills

SHARE

Tim IJSO Indonesia tahun 2017 (Dit.PSMP)


CARAPANDANG.COM – Ujian Nasional (UN) bidang Matematika untuk jenjang SMA menjadi perhatian publik. Hal itu dikarenakan soal UN tersebut dianggap sulit. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy telah memberikan penjelasan soal hal tersebut. Menurut Mendikbud soal-soal UN yang menuntut penalaran sudah harus diperkenalkan kepada para peserta didik.

“Soal-soal penalaran pada ujian nasional sebetulnya hanya sekitar 10 persen dari total semuanya. Ini dilakukan sebagai ikhtiar untuk menyesuaikan secara bertahap standar kita dengan standar internasional, antara lain seperti standar Program for International Student Assessment (PISA),” jelas Mendikbud.

Pengenalan soal penalaran ini, merupakan upaya untuk mengejar ketertingalan pencapaian kompetensi siswa Indonesia di tingkat internasional. Selain itu juga, model soal penalaran merupakan salah satu tuntutan kompetensi dalam pembelajaran abad 21, yakni berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Dengan begitu, peserta didik diharapkan mampu menganalisa data, membuat perbandingan, membuat kesimpulan, menyelesaikan masalah, dan menerapkan pengetahuan pada konteks kehidupan nyata.

Terkait perbandingan dengan sistem pendidikan di negara lain, hal itu diantaranya dirasakan oleh Wilsen Chandra Putra yang meraih medali emas pada The 14th International Junior Science Olympiad (IJSO) tahun 2017. Wilsen sendiri sebelumnya berhasil  meraih medali perak Olimpiade Sains Nasional bidang IPA tahun 2017.

“Ada perubahan besar sih terutama dalam bentuk soal-soalnya. Soal IJSO lebih banyak berlogika daripada soal OSN. Kalau soal IJSO karena kebetulan lokasinya di Belanda. Jadi sistem edukasi di Belanda tidak perlu menghafal rumus kayak begitu. Sementara kalau OSN kita nggak dikasih rumus. Jadi kalau IJSO dikasih rumus, kita perlu pakai logika untuk menyelesaikannya,” ujar Wilsen Chandra Putra seperti dilansir situs ditpsmp.

Sementara itu menurut Ahmad Ridwan yang berperan sebagai leader tim Indonesia di bidang Biologi pada IJSO 2017, harapannya seleksi lomba di tingkat nasional telah memiliki kualifikasi bagus sehingga dapat lebih terkalkulasi lagi peluangnya di tingkat internasional.

“Kita sudah punya standar pembekalan. Dan kita sudah on the track untuk itu. Persoalannya kan output yang kita dapat dari seleksi nasional. Harapan kita nanti apa-apa yang didapatkan dari seleksi nasional sudah terstandar bagus. Sehingga untuk internasional kita jauh lebih bisa diprediksi mau dapat 5 emas, 4 emas, atau 2 emas,” ujar Ahmad Ridwan yang merupakan dosen di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.

Ia pun memandang sesungguhnya dasar pengetahuan untuk berkompetisi di tingkat internasional telah dipijakkan melalui kurikulum.

“Kurikulum tidak bisa kita paksakan harus mengejar internasional. Karena itu kan kompetisi event. Nasional sendiri ada standarnya. Kurikulum nasional itu sebenarnya sebagian sudah ada sih, tinggal mereka harus dipoles dan diperkaya. Ada yang basic-basic-nya sudah ada,” ungkap Ahmad Ridwan.