Inilah Bahayanya Kepala Daerah Yang Dibiayai Cukong Menurut Mahfud MD

SHARE

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD


CARAPANDANG.COM -  Kepala Daerah terpilih yang saat Pilkada dibiayai oleh cukong atau penyandang dana berpotensi besar melakukan korupsi kebijakan. Ini justru dampaknya lebih berbahaya dibanding dengan korupsi biasa bahkan lebih bahaya dari Covid-19. 

Hal ini disampaikan  Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD pada acara ngopi bersama media di Padang, Sumbar, Kamis (17/9).

Mahfud mengatakan setelah terpilih kepala daerah tersebut akan membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan undang-undang, seperti mengeluarkan izin pertambangan yang sudah diberikan oleh kepala daerah sebelumnya kepada orang baru. "Korupsi kebijakan ini lebih berbahaya dari korupsi biasa karena sifatnya berlanjut, kalau korupsi biasa hanya sekali, ada APBN lalu dikorupsi, dihukum lalu selesai, kalau kebijakan tidak seperti itu," ujarnya.

Saat ditanya apakah ada buktinya kepala daerah yang dibiayai cukong terlibat korupsi ia menyampaikan buktinya sudah banyak. "Silakan datang ke Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin di Bandung, banyak tuh yang hasil operasi tangkap tangan oleh KPK datanya lengkap di sana," tutur dia.

Hal itu menurut dia juga terkonfirmasi oleh hakim peradilan pilkada saat ia menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi karena terungkap hampir semua yang terlibat pilkada kemudian berperkara mengatakan mereka dibiayai cukong.

Ia menyampaikan merujuk kepada data yang dikeluarkan KPK sebanyak 82 persen calon kepala daerah yang ikut pilkada dibiayai oleh cukong. "Cukong itu dalam KBBI artinya adalah orang yang membiayai orang lain, bahkan lebih banyak cukong-nya ketimbang calon," ungkapnya.