Israel Umumkan "Keadaan Perang"

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Jihad Islam Palestina (PIJ), sebuah kelompok militan yang beroperasi di wilayah Palestina, juga bergabung dengan Hamas dan melancarkan serangan terhadap Israel.

Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Minggu, Ziad al-Nakhalah, Sekretaris Jenderal PIJ, menyatakan bahwa kelompok tersebut telah menyandera 30 warga Israel dan mengancam tidak akan melepaskan mereka kecuali para tahanan Palestina juga dibebaskan dari penjara-penjara Israel.

Di luar Gaza, pasukan Israel dan milisi Hizbullah Lebanon yang didukung Iran pada Minggu terlibat baku tembak artileri dan roket.

Hizbullah menyatakan solidaritasnya terhadap Hamas dan mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket dari Lebanon tenggara yang menyasar wilayah-wilayah yang diduduki Israel.

Di Provinsi Alexandria, Mesir utara, dua warga negara Israel dan seorang pemandu wisata lokal Mesir yang bekerja untuk mereka tewas saat sedang melakukan tur kelompok wisata setelah sejumlah petugas keamanan setempat melepaskan tembakan kepada mereka.

Sebagai bentuk dukungan kepada Israel, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin pada Minggu mengumumkan bahwa sejumlah kapal dan pesawat militer akan dimobilisasi lebih dekat ke Israel.

Sebuah artikel editorial di surat kabar Ha'aretz pada Minggu mengkritik pasukan keamanan Israel atas apa yang dianggapnya sebagai "kegagalan intelijen dan militer."

Editorial tersebut juga menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena membentuk pemerintahan ekstrem kanan berisi menteri-menteri propemukim yang mengabaikan hak-hak warga Palestina dan berkontribusi pada meningkatnya kemarahan serta frustrasi di kalangan warga Palestina, faktor yang menjadi penyebab serangan baru-baru ini.

Para analis Israel meyakini bahwa Hamas telah merencanakan operasi militer ini dengan matang. Yoel Guzansky, seorang peneliti senior di Israel Institute for National Security Studies, mengatakan kepada Xinhua bahwa persiapan Hamas untuk operasi militer ini "diperkirakan memakan waktu beberapa bulan."

Selain itu, Israel merayakan berbagai festival Yahudi, termasuk Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi), Yom Kippur, dan Sukkot, sejak pertengahan September. Serangan baru-baru ini terjadi di tengah musim liburan Israel, saat level kewaspadaan Israel cenderung menurun, kata Eyal Pinko, seorang peneliti senior di Begin-Sadat Center for Strategic Studies Israel.

Analis militer Israel, Avi Benayahu, menilai bahwa babak baru konflik saat ini sangat berbeda dari konflik-konflik sebelumnya yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, mengingat militan yang berbasis di Gaza saat ini juga menyandera sejumlah besar warga sipil dan tentara Israel, yang berpotensi memengaruhi skala balasan Israel.