Kapan Virus Covid-19 Berakhir?

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM- Pertanyaan kapn virus Covid-19 berakhir mungkin hingga kini belum ada jawabannya. Terlebih vaksin yang digadang-gadang sebagai obat belum juga berhasil diciptakan.

Vaksin Covid-19 saat ini masih dalam proses, sejumlah di antaranya mengklaim telah merilisnya meski menuai pro-kontra karena beredar kabar tak melalui uji klinis akhir.

Barkaca dari sejarah pandemi lain yang telah usai, mungkinkah akhir pandemi saat ini bisa diprediksi?

Alkisah sekitar 100 tahun lalu, satu jenis baru influenza menulari hampir sepertiga penduduk dunia. Namun dalam waktu tiga tahun, ancaman flu yang mematikan tersebut kemudian hilang.

Hal tersebut terjadi di saat layanan kesehatan modern belum tersedia dan pemahaman mengenai virus belum lagi dikuaasai.

Menurut pakar masalah virus Kirsty Short dari University Queensland di Brisbane, seperti dikutip dari ABC Australia, Rabu (9/9/2020), diperlukan tiga kondisi untuk menyebabkan sebuah virus menjadi pandemi.

  1. Virus itu harus menyebabkan penyakit pada manusia
  2. Virus itu mudah menyebar dengan cepat
  3. Manusia tidak memiliki kekebalan sebelumnya terhadap virus tersebut
"Sebagai contoh, kita hidup bersama dengan MERS sekarang ini," kata Dr Short merujuk kepada sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), sejenis Virus Corona yang masih memiliki hubungan dengan virus penyebab COVID-19.

" MERS tidak menyebabkan pandemi, karena virus tersebut tidaklah menyebar dengan cepat dari orang ke orang lainnya."

"Sebagai bandingannya, Virus Corona musiman, mungkin bisa jadi pandemi, namun menjadi seperti flu biasa yang kemudian diabaikan karena tubuh dengan secara perlahan membentuk kekebalan."

Dengan melihat tiga kondisi untuk menyebabkan pandemi, apa yang dialami kita saat ini dalam menghadapi pandemi Covid-19 tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menghentikan penularan Virus Corona, karena faktor biologi virus tersebut dan keberadaan kita sebagai manusia.

Dengan menerapkan jarak fisik dan penggunaan masker kita bisa mempersulit penyebaran virus.

Namun faktor penting untuk menghentikan penularan virus menjadi pandemi adalah kekebalan tubuh.

"Herd immunity [kekebalan massal] hanya bisa dicapai dengan vaksinasi atau ketika jumlah yang terkena mencapai angka sangat tinggi," jelas Dr Short

>Seperti contoh ketika flu babi mulai merebak bulan April 2009, virus ini berbeda dengan jenis virus flu sebelumnya sehingga menyebar cepat menjadi pandemi.

Sekitar 10 persen penduduk dunia terkena virus tersebut, namun enam bulan kemudian tersedia vaksin untuk memeranginya.

Di tahun berikutnya, flu babi ini menjadi flu musiman, masih beredar namun bukan lagi bersifat pandemik.

"Cukup banyak manusia yang memiliki kekebalan terhadap virus tersebut, entah karena mereka mendapat vaksinasi atau memiliki kekebalan karena sudah pernah terkena virus itu sebelumnya," kata Dr Short.

"Itu berarti kalau seseorang terkena, kita tidak akan menyebarkannya dan keparahannya sudah berkurang.

"Virus itu tidak hilang, saat di tahun 2010 virus itu masih ada, sudah ada kekebalan terhadap virus dari tahun 2009, sehingga tidak menjadi pandemi."

Bagaimana dengan pandemi flu di tahun 1918?

Pandemi ini banyak dibandingkan dengan COVID-19 dengan bagaimana bisa berakhir tanpa adanya vaksin.

Menurut Dr Short yang membedakannya adalah kekebalan massal.

Tanpa adanya vaksin diperlukan waktu lebih lama untuk pandemi flu tersebut hilang dibandingkan dengan pandemi flu babi di tahun 2009.

"Di tahun 1918, tidak ada vaksin. Virus itu berkembang tanpa kendali dan pandemi itu masih terjadi di beberapa tempat sampai tahun 1921," katanya.

"Yang terjadi adalah munculnya kekebalan massal yang akhirnya membuat virus itu jadi flu biasa.""Virus tahun 1918 tetap menjadi flu biasa sampai tahun 1958, yang kemudian digantikan oleh jenis H2N2, pandemi flu Asia."

Namun puluhan juta manusia di seluruh dunia meninggal sebelum terbentuknya kekebalan massal.