Kemendikbud: Tidak Semua SMK Masa Pembelajaran Empat Tahun

SHARE

Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wikan Sakarinto Ph.D


CARAPANDANG.COM – Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,  Wikan Sakarinto Ph.D mengatakan tidak semua Sekolah Menengah Kejuruan nantinya dengan masa pembelajaran selama empat tahun.

"Kami sedang merancang SMK fast track yakni ada empat tahun dan ada yang 4,5 tahun. Tapi itu tidak semua SMK, ada yang tetap tiga tahun tergantung programnya. Kalau cukup tiga tahun tidak harus nambah waktu," ujar Wikan dalam telekonferensi dengan ANTARA di Jakarta, Ahad.

Program SMK fast track waktunya lebih lama dibandingkan SMK yang sudah berjalan saat ini. Namun untuk program SMK fast track 4,5 tahun setara dengan diploma dua (D2). Program tersebut melibatkan dunia industri dan juga pendidikan tinggi.

Dalam rancangannya, program tersebut terdiri dari sembilan semester. Semester satu hingga lima pembelajaran di sekolah. Kemudian semester enam, siswa mengikuti praktik kerja industri. Selanjutnya semester tujuh belajar di kampus, dan semester delapan dan sembilan magang di industri baik di dalam maupun di luar negeri.

"SMK fast track lamanya empat tahun atau 4,5 tahun bertujuan agar kemampuan nonteknis atau soft skill siswa semakin kuat. Lho kok bisa? Soalnya pada program ini, tiga semester itu magang atau praktik kerja industri. Dengan magang siswa dapat belajar sambil bekerja ataupun sebaliknya bekerja sambil belajar. Pada saat magang itu, siswa akan berinteraksi, berdiskusi, akan dimarahin, mendapatkan target, dan pengalaman menarik lainnya," terang Wikan.

Pada program SMK fast track tersebut, begitu lulus siswa akan menerima ijazah SMK, ijazah D2, sertifikat kompetensi, serta sertifikat lulus magang. Dengan kerja sama yang baik dengan industri, maka diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang baik yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri.

"Program SMK fast track ini tidak otomatis wajib di seluruh SMK," jelas Mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM itu.

Wikan menargetkan penerapan SMK fast track tersebut dapat berjalan pada tahun depan. Untuk tahap awal, proyek percontohan SMK fast track itu dilakukan untuk 10 SMK. Untuk program tersebut, SMK harus menjalin kerja sama dengan industri dan perguruan tinggi vokasi. Hal itu penting agar kompetensi lulusan baik dan juga diserap oleh dunia industri. Kolaborasi yang dilakukan mulai dari penyusunan kurikulum, magang, sarana prasarana, hingga tenaga pengajar.

Dalam kesempatan itu, Wikan juga meyakini bahwa SMK jika dirancang dengan serius maka akan menghasilkan lulusan yang kompeten. Misalnya saja teknisi las atau welder, yang mana jika mengikuti program SMK fast track selama empat atau 4,5 tahun diharapkan dapat menjadi teknisi las yang memiliki sertifikasi yang diakui industri dan bisa melakukan pengelasan yang spesial seperti pengelasan di bawah laut.

"Nah selama praktik kerja di industri, siswa itu bisa mematangkan kemampuannya dibidang pengelasan. Meski demikian, program ini belum diputuskan dan terus digodok agar lebih baik lagi," kata dia lagi.