Kementerian PUPR: Rusunawa Rendah Karbon Dapat Diterapkan di Indonesia

SHARE


CARAPANDANG - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya mengungkapkan, rumah susun sederhana sewa (rusunawa) rendah karbon seperti di Tegal, Jawa Tengah, dapat diterapkan di Indonesia.

"Desain pasif pada bangunan dapat diterapkan untuk wilayah Indonesia yang beriklim panas dan lembab melalui purwarupa rumah susun sederhana sewa (rusunawa) rendah karbon di Tegal, Jawa Tengah," ujar Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti dalam seminar daring yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Diana mengatakan bahwa fitur desain pasif yang dimaksud seperti orientasi bangunan, shading device, strategi ventilasi pada purwarupa Rusunawa Tegal yang dikembangkan berdasarkan iklim wilayah setempat.

Kemudian fitur teknologi baru juga diperkenalkan meliputi phase change material, material insulasi, dan jendela.

Rusunawa rendah karbon ini dapat mengurangi konsumsi energi lebih dari 30 persen secara tahunan, selain itu rusunawa ini juga dapat menjadi referensi untuk standar rusunawa efisiensi energi atau rendah karbon pada waktu mendatang di Indonesia.

Ke depan purwarupa Rusunawa Tegal ini dapat menjadi basis pengembangan bagi rusunawa rendah karbon bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

 Rumah susun sederhana milik (Rusunami) atau rusun untuk kelas menengah hemat energi dibangun di Kota Tegal pada  2020 dan dalam waktu lima tahun ke depan, kegiatan berfokus pada rusun untuk kelas menengah ke bawah yaitu berupa purwarupa rusunawa rendah karbon yang akan dibangun di Kota Tegal juga.

Pendekatan perancangan pasif akan digunakan sepenuhnya dalam pengembangan rusunawa rendah karbon untuk iklim tropis panas-lembap Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian pada rusunami yang telah terbangun, suhu dalam ruang lebih rendah 4 derajat Celsius dari suhu di luar  ruang, yang merupakan hal yang baik sebagai hasil dari desain pasif yang telah diterapkan.

Kementerian PUPR sangat mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan ini sebagai upaya menuju visium PUPR 2030 yaitu menuju bangunan gedung berkelanjutan, sekaligus sebagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebagaimana menjadi komitmen Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian Paris untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Ke depan, hasil penelitian dan pengembangan kolaborasi tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk standardisasi rusun yang akan dibangun di Indonesia, sehingga bangunan rusun di Indonesia lebih ramah terhadap lingkungan