Kesenjangan Masih Jadi Tantangan Terbesar Akselerasi Digital Di Kawasan Asia Tenggara

SHARE

Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Yang Mee Eng


CARAPANDANG.COM - Kesenjangan digital (digital gap) masih menjadi tantangan terbesar dalam mengakselerasi digitalisasi di kawasan Asia Tenggara.

Demikian disampaikan Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Yang Mee Eng dalam wawancara eksklusif di Jakarta, Rabu (3/11) seperti dikutip dari laman Antara. 

"Saat ini, kita berusaha untuk berjalan ke depan dengan cara yang berbeda. Dan, kita beruntung karena kita saat ini bisa mengakses infrastruktur dan koneksi. Namun, perlu diingat bahwa ada kelompok yang belum terpapar hal yang sama dengan kita,"  jelasnya. 

Dia mengatakan untuk maju bersama maka harus berjalan bersama, jangan meninggalkan orang-orang yang tertinggal. 

"Kita tentu tidak bisa maju bersama jika kita meninggalkan orang-orang yang tertinggal karena infrastruktur digital kita tidak seimbang. Kesenjangan (digital) ini masih menjadi isu yang penting untuk dibahas," ujarnya. 

Dia menjelaskan ada kesenjangan antara kesediaan talenta dan pekerja digital dari Asia Tenggara. "Ini adalah sesuatu yang harus dicari solusinya untuk meminimalisir gap tersebut," ujar dia.

Lebih lanjut dia mengatakan, kawasan yang terdiri dari 10 negara ini terbagi dalam beberapa kategori dalam hal digitalisasi; yaitu mulai dari yang mau memulai (starter), yang tengah berkembang (progressing) dan yang sudah di depan (front).

Penting bagi setiap negara untuk bisa maju ke level selanjutnya demi mewujudkan akselerasi digital yang lebih cepat, adil dan menyeluruh. "Ini adalah tantangan yang sangat besar. Sumber daya juga menjadi isu yang penting. Banyak negara tidak bisa maju dari level starter ke level selanjutnya, karena isu ini," ujar Dr. Yang.

Ia juga menyoroti pentingnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk mampu bertahan (resilience), baik dalam sektor ekonomi maupun sosial.

"Pemerintah harus bekerja keras dalam hal ini, namun tentu saja pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Dengan sumber daya (manusia) yang mungkin terbatas (dari sisi akses dan edukasi), negara perlu bermitra, membuka pintu dan membuat kebijakan yang ramah dan terbuka," jelasnya.

"Ini yang diperlukan ASEAN untuk bisa mengakselerasi hal itu, dan ekosistem digitalnya diharapkan bisa lebih inklusif. Semoga para pemimpin di ASEAN bisa membuat kebijakan yang melihat implementasi dan bisa memuluskan upaya tersebut; karena rencana dan strateginya sudah ada,"tambahnya.