Ketum PKB Sebut Program Vaksinasi Covid-19 Di Indonesia Tertinggal Dari India Dan China

SHARE

Istimewa (Net)


CARAPANDANG.COM - Lonjakan kasus Covid-19 terus terjadi dalam dua pekan terakhir ini, namun di sisi lain proses vaksinasi belum berjalan optimal.

Melihat kondisi ini Ketua Tim Pengawas Penanggulangan Bencana Covid-19  DPR RI Muhaimin Iskandar meminta pemerintah untuk memanfaatkan poliklinik desa (polindes) agar dijadikan sentra vaksinasi Covid-19.

“Kami meminta pemerintah menggenjot upaya vaksinasi Covid-19.  Manfaatkan poliklinik desa sebagai sentra vaksinasi agar daya jangkaunnya lebih luas dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (24/6). 

Gus AMI mengatakan bahwa saat ini sentra vaksinasi masih terpusat di puskemas, padahal sebagian besar puskesmas ada di tingkat kecamatan. Menurutnya ini yang membuat sebagian masyarakat enggan untuk mengikuti program vaksinasi.

“Salah satu kendala belum optimalnya program vaksinasi adalah masyarakat di perdesaan kesulitan mengakses sentra vaksinasi yang berbasis puskesmas. Harusnya sudah dipikirkan bagaimana membuat polindes yang jangkauannya lebih dekat dengan masyarakat bisa jadi sentra vaksinasi,” katanya.

Ketum PKB ini mengatakan program vaksinasi di Indonesia relatif tertinggal dibandingkan beberapa negara lain. Dia menyebutkan, di India saat ini sudah menyentuh angka 232.744.813 warga untuk vaksin dosis pertama atau hampir 17 persen dari total populasi. Vaksinasi di China sudah menyentuh lebih dari 1 miliar penduduk.

Sedangkan di  Indonesia vaksinasi dosis pertama masih baru menyentuh 24 jutaan warga. Berarti  target sejuta vaksinasi per hari masih belum terealisasi. 

Wakil Ketua DPR RI itu mengatakan stok vaksin di Indonesia relatif aman. Akhir pekan lalu Indonesia kembali menerima 10 juta dosis vaksin corona produksi Sinovac dalam bentuk bahan baku atau bulk.

Dengan kedatangan vaksin ini jumlah total vaksin yang telah diterima Indonesia sebanyak 104.728.400 dosis. Rinciannya, yaitu 94,5 juta dosis vaksin produksi Sinovac, 8.228.400 dosis vaksin AstraZeneca, dan 2 juta dosis vaksin Sinopharm.

“Ketersediaan vaksin bisa dikatakan aman. Saat ini tinggal bagaimana kita memaksimalkan daya jangkau vaksinasinya sehingga bisa menyentuh kepada setiap lapisan masyarakat,” katanya.

Dia mengakui jika ada sebagian masyarakat yang menolak vaksin. Berdasarkan riset Universitas Padjajaran diketahui setidaknya masih ada 30 persen masyarakat menolak vaksinasi.

Dia menyarankan agar pemerintah menggandeng tokoh-tokoh agama untuk menyosialisasikan pentingnya vaksinasi. “Dalam hemat saya peran tokoh agama ini harus lebih ditingkatkan untuk menyosialisaikan pentingnya vaksinasi karena harus diakui jika ada masyarakat yang menolak vaksin dengan alasan keyakinan, jadi ya harus didekati secara keyakinan pula,” demikian Gus AMI.