Level Krisis Kemanusiaan Terparah di Gaza

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (25/10) mengatakan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza telah mencapai level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, atau UNRWA, yang sejauh ini menjadi penyedia bantuan kemanusiaan terbesar di Gaza, memperingatkan bahwa mereka akan terpaksa menghentikan semua operasi pada Rabu malam kecuali bahan bakar segera diizinkan masuk ke Gaza.

Rumah-rumah sakit ditutup karena kekurangan bahan bakar, air, persediaan medis, dan personel. Bahan bakar dijatah secara ketat untuk sejumlah fasilitas penting tertentu. Generator cadangan tidak dirancang untuk operasional terus-menerus dan bisa mengalami kerusakan, kata OCHA.

Personel PBB mengunjungi sejumlah rumah sakit pada Selasa (24/10). Di salah satu rumah sakit, mereka melihat ratusan pria, wanita, dan anak-anak terluka. Banyak dari mereka tidak sadarkan diri, dengan luka terbuka, tergeletak di tempat tidur, tandu, dan di lantai, dengan perawatan medis yang terbatas. Di halamannya terdapat sebuah tenda berisi puluhan jenazah, termasuk anak-anak. Banyak korban tewas dibiarkan di sana karena kamar mayat penuh, ungkap badan tersebut.

Stok makanan hampir habis. Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) memperkirakan pasokan makanan esensial di Gaza saat ini cukup untuk sekitar 12 hari. Namun, di toko-toko, stok yang tersedia diperkirakan hanya mampu bertahan selama lima hari, ujar OCHA.

Masyarakat beralih meminum air sumur, yang mengandung kadar garam tinggi dan menimbulkan risiko kesehatan. Sejumlah mitra kesehatan juga mendeteksi kasus cacar air, kudis, dan diare karena kondisi sanitasi yang buruk serta konsumsi air dari sumber yang tidak aman, lanjut OCHA.

Jumlah pengungsi internal kini diperkirakan mencapai lebih dari 1,4 juta, termasuk hampir 590.000 orang yang tinggal di tempat-tempat penampungan rujukan UNRWA. Lebih dari 15 persen pengungsi diperkirakan menderita disabilitas, namun sebagian besar tempat penampungan tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka, sebut badan itu.

Otoritas setempat melaporkan bahwa lebih dari 40 persen unit perumahan di Jalur Gaza telah hancur atau rusak, imbuh OCHA.Â