Mas Menteri: Menuju Indonesia Maju 2045, Pendidikan Indonesia Perlu Empat Kemampuan Utama

SHARE

carapandang.com


CARAPANDANG.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan agar bisa beradaptasi di masa depan menuju Indonesia sebagai negara maju 2045, pendidikan Indonesia perlu memenuhi empat kemampuan utama.

“Satu-satunya yang pasti mengenai masa depan adalah ketidakpastian. Perubahan yang terjadi di dunia industri, sektor sosial, pemerintahan akan berubah secara dramatis karena perubahan dan disrupsi yang diciptakan oleh teknologi akan menciptakan berbagai restrukturisasi di dalam ekonomi dan budaya sosial kita juga,” kata Nadiem dalam webinar LPDP, Senin (2/11/2020).

Lantaran masa depan tak dapat diprediksi, Nadiem mengatakan kemungkinan apa yang kita pelajari hari ini tidak akan relevan dengan apa yang kita hadapi di masa depan.

“Oleh karena itu, pertama yang lebih penting dari apa yang kita pelajari adalah belajar mencintai belajar. Kita akan dituntut seumur hidup mempelajari hal yang baru. Cinta belajar berkelanjutan seumur hidup itu luar biasa pentingnya. Kita harus mengerti cara belajar dan memotivasi diri untuk belajar seumur hidup,” kata Nadiem.

Kedua, yang penting tren membuat kolaborasi menjadi ‘mahapenting’. Kemampuan anak-anak generasi muda bekerja sama untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu, menghasilkan hal yang produktif akan semakin dibutuhkan.

“Kemampuan kita berkolaborasi akan menjadi meningkatkan valueValue kita berkontribusi mandiri atau solo player dalam ekonomi tidak akan dianggap lebih penting daripada kontribusi kita dalam kelompok,” jelasnya.

Ketiga, keberanian mengambil risiko, karena tanpa ambil risiko artinya tidak akan tercipta inovasi.

Keempat, kemampuan mandiri anak-anak kita bukan hanya untuk berpikir tapi juga memotivasi diri untuk belajar dan terus berkarya. Kemandirian ini artinya untuk belajar atau berinovasi tidak perlu didorong oleh orang lain.

“Jadi menyambungkannya ke hari ini, yang lebih penting dari apa yang kita pelajari, adalah bagaimana kita mempelajari materi-materi tersebut. Kalau kita bisa manfaatkan berbagai praktik, poject base learning, bukan hanya mendengarkan dari guru, tapi berpartisipasi aktif, menghasilkan portofolio, maka semua skill kreativitas, kolaborasi, mandiri, ambil risiko akan terjalin,” ungkapnya.

Dengan demikian, kompetensi-kompetensi dari Pelajar Pancasila, seperti yang dimandatkan Presiden Joko Widodo, juga akan terjalin.

“Untuk bisa mengantisipasi tantangan di masa depan adalah mengubah cara belajar, mengubah cara interaksi guru dan murid, dosen dengan mahasiswa. Menjadi interactive proses, jadi bukan hanya belajar sesuatu teori tapi juga praktik dengan tim, dengan mahasiswa lain, kolaborasi. Itu akan selalu relevan dengan masa depan,” imbuhnya.