Masihkah Mau Menghabiskan Energi Hanya Untuk Persoalan Natal?

SHARE

Istimewa (Net)


Bisa jadi umat kristiani tidak mengharapkan  umat agama lain (Islam) mengucapkan selamat Natal. Justru yang mereka harapkan bisa aman dan nyaman saat merayakan Natal dan menjalankan ibadah-ibadah lainnya.

Carapandang.com -  Masih sangat banyak persoalan umat yang harus menjadi perhatian penting, bukan malah kita menghabiskan energi untuk meributkan persoalan yang tidak penting.

Saat menjelang Natal, umat Islam pasti diributkan tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat hari Natal kepada umat kristiani. Bagi yang mengatakan umat Islam dilarang mengucapkan selamat Natal bertujuan mulia yakni untuk menjaga aqidah umat. Jangan sampai umat Islam aqidahnya ternoda dengan memberikan ucapan selamat atas lahirnya anak Tuhan, Jesus. Dan bagi yang menyatakan boleh mengucapkan selamat Natal mereka memiliki alasan sendiri, yakni sebagai bentuk toleransi kepada umat kristiani.

Bisa jadi apa yang dipersoalkan  oleh umat Islam  sebetulnya tidak pernah terlintas di benak umat Kristiani. Mau mengucapkan selamat Natal atau tidak mengucapkan selamat Natal tidak menjadi persolan bagi  mereka. Justru yang sebenarnya mereka inginkan adalah  dapat  beribadah dengan khusuk, dan saat memperingati atau merayakan Natal bisa berjalan aman dan nyaman. Dan untuk memenuhi hal ini pemerintah sudah hadir dengan memberikan pengamanan yang maksimal.

Inilah arti yang  sebenarnya toleransi. Toleransi bukan hanya sekadar ucapan, tapi membiarkan  umat agama  lain untuk beribadah dan tidak mengganggunya. Arti toleransi jangan disempitkan maknanya, yakni umat agama lain harus  turut merayakan hari besar agama lainnya.

Habiskan energi untuk perbaikan umat

Penulis tidak membahas soal hukum dalam persolan ini. Namun, bagi penulis ada hal-hal  penting yang harus menjadi perhatian umat Islam. Yakni bagaimana umat Islam yang mayoritas di Indonesia mampu memancarkan rahmat bagi sesama. Sebab diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.

"Tidaklah Aku  mengutusmu (Muhammad) selain untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam".  (QS Al-Anbiya: 107).

Rahmat bagi seluruh alam akan terlahir jika umat Islam memiliki spirit yang kuat untuk bekerja sama dan tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa. Dan bersikap keras terhadap perbuatan dosa dan maksiat.

Seperti difirmankan oleh Allah SWT dalam Q.S Al-Maidah ayat 2 "Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan,".

Seharusnya umat Islam menghabiskan energinya  untuk menjalankan perintah Allah ini. Yakni hadir sebagai umat yang kompak saling menolong dalam kebaikan. Dan tegas menolak terhadap perbuatan dosa dan mengajak kepada permusuhan.

Tolong menolong untuk perbaikan ekonomi umat

Seperti kita ketahui bersama, sebagai umat islam yang mayoritas di Indonesia dalam masalah ekonomi kita belum cukup menggembirakan. Sebab, masih banyak umat muslim yang hidup dalam garis kemiskinan.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)  penghasilan sebagian besar  rumah tangga di Indonesia masih di bawah Rp2 juta. Jika untuk mencukupi kebutuhan yang semakin tinggi seperti saat ini dengan penghasilan sebesar itu masih  sangat kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

Jika bercermin dari angka di atas maka sesungguhnya ini mencerminkan kondisi ekonomi umat Islam. Sebab, umat Islam di Indonesia adalah mayoritas, yakni kurang lebih 85 persen.

Melihat kondisi ekonomi umat yang masih lemah seperti ini, masa kita masih saja diributkan persoalan boleh atau tidak mengucapkan Natal. Bagi penulis sudah seharusnya diakhir, lebih baik fokus untuk memperbaiki kondisi ekonomi umat, dengan melakukan aksi-aksi nyata. Sehingga ekonomi umat Islam semakin kuat.

Sebenarnya ekonomi umat akan berhasil jika spirit tolong menolong sepenuhnya dijalankan. Dan spirit ini Allah SWT telah memberikan jalannya, yakni melalui zakat, infaq dan sodakoh.

Melihat potensi zakat, infak dan sodakoh ini juga sangat luar biasa. Berdasarkan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) potensi yang bisa didapat bisa mencapai Rp280 triliun (Kompas). Ini jumlah yang sangat luar biasa, seperempat dari APBN Indonesia. Ini belum lagi potensi zakat dari lembaga-lembaga zakat lainnya, seperti dimiliki Muhammadiyah, Lazismu.

Potensi yang besar ini harus dikelola dengan benar sehingga ini menjadi modal perbaikan umat. Dana yang terkumpul bisa dikembangkan untuk pemberdayaan dalam bidang ekonomi, misalnya dengan memberikan modal dan keterampilan. Sebab, banyak dari umat Islam yang ingin berbisnis tapi terkendala dengan modal. Inilah salah satu cara pemberdayaan ekonomi umat melalui dana zakat yang terkumpul. Jika ini dijalankan secara benar dan istiqomah berlahan tapi pasti ekonomi umat islam di Indonesia akan menggembirakan.

Perang melawan korupsi

Korupsi merupakan masalah yang sangat penting di Indonesia. Bahkan bisa dikatakan ini merupakan induk dari persolan di negeri ini.

Mengapa penulis mengatakan demikian. Sebab, para koruptor lah yang menjadikan bangsa ini semakin tertinggal, baik dalam  bidang ekonomi dan pendidikan.  Dana-dana yang seharusnya bisa memajukan ekonomi bangsa mereka curi untuk memenuhi kepentingan diri, keluarga dan kelompoknya. Dan ulah para koruptor lah yang membuat anak-anak Indonesia tidak bisa menikmati pendidikan yang jauh lebih baik.

Inilah musuh bersama bangsa ini. Dan umat Islam harus memeranginya. Sebab ini merupakan perintah Allah SWT  agar umat Islam menjadi garda terdapan melawan kemaksiatan dan perbuatan dosa. Inilah yang harus kita lakukan dengan  menghabiskan energi untuk tolong menolong dalam kebiakan dan taqwa, bukan membiarkan dosa dan kemaksiatan.

Sebagai penutup penulis ingin menyampaikan janganlah lagi meributkan masalah keyakinan. Sebab, hidayah datanya dari Allah SWT. Perbedaan agama sudah menjadi sunatullah. Dalam hal ini Allah berfirman:

 "Jika seandainya Tuhan  pemelihara kamu menghendaki, tentulah beriman semua yang di bumi seluruhnya. Maka apakah engkau (Muhammad) memaksa manusia semuanya supaya mereka menjadi orang-orang mukmin?" ( QS Yunus:99).

Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaatkan untuk membangkitkan spirit kita bersama, agar lebih fokus dengan aksi-aksi nyata. Bukan malah menghabiskan energi meributkan hal-hal yang sesungguhnya tidak perlu dipersoalkan lagi.*

*Amir Fiqi

Penulis adalah Wartawan, Pemerhati Sosial dan Aktivis Pemuda Muhammadiyah