Mencegah COVID-19 Bagi Penderita Komorbid Dengan 3M Dan 3W

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM – Pakar di Satuan Tugas Penanganan COVID-19 mengingatkan orang dengan komorbid (penyakit penyerta) harus lebih meningkatkan penerapan Wajib Iman, Wajib Imun, Wajib Aman (3W) untuk menekan angka penularan SARS-CoV-2.

"Ada tiga hal yang biasa kita sebut iman, imun dan aman. Jadi kalau iman berkaitan dengan diri kita sendiri dengan Tuhan, dari situ kita juga bisa dapat keterangan hati, penting karena hati yang gembira juga obat," kata tim pakar Satgas COVID-19 Bidang Perubahan Perilaku yang juga Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Turro Wongkaren, Ph.D dalam temu wicara  Cegah COVID-19 Pada Orang Dengan Komorbid di pusat media Satgas COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Kamis.

 Ia mengatakan orang dengan komorbid atau tidak memang harus melakukan protokol kesehatan, harus mampu mengubah perilaku.

Soal imun, kata dia, berkaitan dengan diri seseorang untuk imunitas menjadi lebih tinggi, misal tidur cukup, minum berbagai multivitamin, khususnya vitamin C, B, D dan beberapa mineral seperti "zinc".

 "Itu yang membuat kita bisa lebih imun," katanya.

Sedangkan perilaku yang berhubungan dengan orang lain dalam pencegahan COVID-19, kata dia, adalah yang biasa dikenal dengan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.

"Nah orang-orang dengan komorbid harus melaksanakan semua itu tadi. Karena, khususnya dalam hal menjaga jarak, mencuci tangan, yang seperti itu perlu diterapkan, harus difokuskan," katanya.

"Karena kalau imun rendah, miliki komorbid sangat rentan sehingga perlu ditingkatkan dalam segala hal," tambah Turro Wongkaren.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr Candra Wiguna, Sp.PD mengatakan COVID-19 memiliki spektrum gejala klinis yang sangat luas, mulai dari yang tidak bergejala sampai yang bergejala berat bahkan hingga menyebabkan kematian.

Dalam beberapa bulan pandemi COVID-19, kata dia, sudah diketahui pasien dengan gejala berat hingga menyebabkan kematian itu ternyata lebih dari 90 persen memiliki penyakit penyerta yang sudah diderita sebelumnya. Itu dikenal sebagai komorbid.

"Atau selain penyakit mungkin ada faktor usia dan sebagainya," katanya.

Ia mengatakan setiap komorbid itu bisa menjadikan COVID-19 menjadi lebih berat misalnya pada faktor usia tentu dengan usia yang sudah lanjut akan cenderung lebih berat dibanding yang berusia muda.

Kemudian ada penyakit seperti hipertensi, diabetes, yang membuat daya tahan tubuhnya menjadi lebih rendah dari pada mereka yang tidak memiliki komorbid.

Lalu ada pula penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah, di mana seseorang sudah mengalami persoalan jantung atau paru tentu fungsi organnya sudah menurun dibanding yang belum memiliki penyakit tersebut.

"Nah hal-hal ini lah yang dapat meningkatkan derajat sakit pada COVID-19 dan meningkatkan angka kematian pada penderita COVID-19," katanya.

Ia mengatakan secara umum gejala COVID-19 bervariasi, ada yang bergejala ringan sampai bergejala berat.

Mereka yang memiliki komorbid, menurut dia, akan mengalami gejala yang lebih berat seperti sesak napas yang bisa membuat kegagalan nafas bahkan sampai butuh alat bantu nafas ventilator.

Kalau yang tidak memiliki komorbid  akan mengalami gejala umum misalnya demam dan sakit sendi, demikian Candra Wiguna.
​​​​​​​