Mendikbud Ajak Pegiat Pendidikan Terus Bersemangat Mengentaskan Buta Aksara

SHARE

Mendikbud Nadiem Anwar Makarim


CARAPANDANG.COM -  Pemerintah terus berupaya mengatasi permasalahan buta aksara dengan berbagai strategi yang dilakukan.  Strategi yang dilakukan pemerintah yakni melakukan pemutakhiran data buta aksara, memperluas program pendidikan keaksaraan, mengembangkan dan pemeliharaan kemampuan literasi warga, hingga mengakselerasi layanan pada program pada daerah yang padat buta aksaranya.

Demikian disampaikan  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim  dalam acara peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-55 yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Selasa (8/9). 

Mendilkbud mengatakan bahwa pemerintah juga terus berusaha mengadirkan pendidikan yang inklusif termasuk di tengah pandemi Covid-19. Menurutnya di kondisi saat ini kita harus bergotong royong untuk keluar dari  permasalahan ini sehingga kita menjadi pemenang. 

Pada kesempatan itu, Mas Menteri juga mengajak seluruh pegiat pendidikan untuk terus semangat dalam mengentaskan buta aksara.

Sementara itu,  Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud Jumeri mengatakan tema Hari Aksara Internasional (HAI) yang diusung oleh UNESCO tahun 2020 adalah “Literacy Teaching and Learning in The COVID-19 Crisis and Beyond’ with a Particular Focus on The Role of Educators and Changing Pedagogies".

Mengacu tema tersebut, Kemendikbud menetapkan tema nasional peringatan HAI tahun ini menjadi “Pembelajaran Literasi di Masa Pandemi COVID-19, Momentum Perubahan Paradigma Pendidikan".

Jumeri menambahkan angka buta aksara di Indonesia dari tahun ke tahun jumlah semakin menurun.  "Persentase buta aksara pada 2018 sebanyak 1,93 persen atau 3,29 juta orang, dan pada 2019 turun menjadi 1,78 persen, atau menjadi 3,076 juta orang," kata Jumeri.

Dengan demikian, angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya seiring dengan terlaksananya berbagai strategi yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat.

Jumeri menambahkan sektor pendidikan nonformal sama pentingnya dengan sektor pendidikan formal. Indonesia, lanjut dia, dinilai berhasil dalam upaya penuntasan buta aksara yang dibuktikan dengan memperoleh penghargaan dari UNESCO pada 2012, yakni King Sejong Literacy Prize.

Selain itu, sejak akhir tahun 2018, Pemerintah Indonesia dipilih sebagai Komite Pengarah Aliansi Global Literasi (Global Alliance for Literacy) atau GALS UNESCO, atas keberhasilan Indonesia memberantas buta aksara.

Berdasarkan hasil sensus Badan Pusat Statistik 2019, angka melek aksara usia 15-59 tahun adalah sebesar 98,22 persen. Sejumlah upaya yang dilakukan dalam mengentaskan buta aksara adalah pemutakhiran data buta aksara, strategi penuntasan, jejaring kemitraan dalam keaksaraan, dan inovasi pendidikan keaksaraan.