Minyak Turun 0,55 Sen Efek Menunggu Data Ekonomi AS

SHARE

istimewa


CARAPANDANG - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin sore, karena investor berhati-hati menjelang data ekonomi baru dari konsumen utama Amerika Serikat dan China minggu ini, meskipun perkiraan pengurangan pasokan minyak mentah dari Arab Saudi dan Rusia membatasi kerugian.

Minyak mentah berjangka Brent terpangkas 55 sen atau 0,7 persen, menjadi diperdagangkan di 77,92 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di 73,31 dolar AS per barel, juga merosot 55 sen atau 0,7 persen.

"Pedagang minyak mungkin berhati-hati menjelang IHK (Indeks Harga Konsumen) AS dan data ekonomi China akhir pekan ini," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Namun, harga minyak mentah bisa pulih setelah OPEC+ mengumumkan rencana untuk mengurangi pasokan lebih lanjut, tambahnya.

Harga gerbang pabrik China turun pada laju tercepat dalam lebih dari tujuh tahun pada Juni, data pemerintah menunjukkan pada Senin, karena momentum pemulihan ekonomi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu telah melambat.

Harga acuan minyak naik lebih dari 4,0 persen minggu lalu menyentuh nilai tertinggi sejak Mei, naik untuk minggu kedua berturut-turut setelah eksportir minyak terbesar dunia Arab Saudi dan Rusia berjanji untuk memperdalam pengurangan pasokan pada Agustus.

"Kehadiran perlambatan ekonomi di China menambah ketidakpastian yang ada di pasar minyak," kata Mukesh Sahdev, kepala perdagangan hilir dan minyak di Rystad Energy, dikutip dari Reuters.

"Ketidakstabilan pasar lebih lanjut didorong oleh tarik-menarik yang sedang berlangsung antara ketakutan akan kontrol permintaan oleh ekonomi Barat dan strategi kontrol pasokan yang digunakan oleh OPEC, yang berdampak pada keseimbangan rapuh pasar minyak."

Arab Saudi akan memperpanjang pemotongan produksi 1 juta barel per hari (bph) hingga Agustus dan Rusia akan memangkas ekspor minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari.

Alih-alih memangkas produksi, Rusia akan menggunakan minyak mentah untuk memproduksi lebih banyak bahan bakar guna memenuhi permintaan domestik, kata sumber pemerintah kepada Reuters, Jumat (7/7/2023). dilansir antaranews.com