Mohammad Natsir Ideolog Kharismatik yang Menyintas Zaman

SHARE

Mohammad Natsir (moslemzone)


CARAPANDANG.COM - Mengapa menarik untuk mengkaji pemikiran Mohammad Natsir dalam hubungan Islam dan Negara di masa Orde Lama? Terdapat sekurangnya empat alasan  yaitu; pertama, Natsir adalah tokoh penting, ideolog, ketua dari Masyumi. Masyumi sendiri merupakan partai Islam dengan dukungan suara terbesar hingga saat ini di Indonesia. Pada pemilu 1955 menempatkan Masyumi di posisi kedua dengan perolehan 20,9% suara (57 kursi di parlemen) sedangkan pada pemilihan konstituante mendapat 7.789.619 suara (112 kursi). Masyumi pada pemilu 1955 menang pada 10 dari 15 daerah pemilihan, yaitu Jakarta Raya, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara Selatan, dan Maluku. Dengan di setiap daerah pemilihan, Masyumi mendapatkan kursi. Kemenangan di banyak titik Indonesia tersebut memperlihatkan daya sebar dan pengaruh yang luas dari partai berlambang Bulan Bintang ini. Konfigurasi tersebut memungkinkan Masyumi sebagai kekuatan di parlemen dan konstituante dalam memperjuangkan Islam dalam konstitusi Negara. Natsir sendiri begitu erat korelasinya dengan Masyumi baik ketika menjabat sebagai ketua Umum Masyumi tahun 1949- 1958, ketika menjabat menteri penerangan tahun 1946-1949 sebagai wakil Masyumi di pemerintahan dan menjabat Perdana Menteri tahun 1950- 1951. Pemikiran Natsir memberikan corak determinan bagi laju arah Masyumi dalam berbagai tikungan zaman.

            Alasan kedua, Mohammad Natsir merupakan pribadi yang unik. Beliau yang menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis, Belanda, Latin mendapatkan pengaruh modernitas dan kosmopolitan dari ketrampilannya tersebut. Kemampuan itu mempengaruhi corak pemikiran Natsir dikarenakan input yang beragam dan hasilnya beliau bukan hanya dikenang sebagai tokoh muslim Indonesia melainkan juga dunia. Dalam pribadi Natsir juga termanifestasikan berbagai wajah yaitu ulama, politisi, pendidik, budayawan, sebuah hal langka dan sukar ditemui, karena umumnya hanya satu wajah yang menonjol. Dalam berpidato pembawannya kalem, namun apa yang disampaikannya sangat berisi dan memiliki kharisma tersendiri. Pak Natsir juga seorang yang sangat kreatif. Tulisannya runut dan mengalir sehingga tidak membuat jenuh pembacanya. Berbagai keunggulan ini menjadikan buah pemikiran Natsir bernas dan menyentuh berbagai rumpun masyarakat dengan segala macam pendekatan.

            Alasan ketiga ialah rekam jejak beliau yang dinamis. Sepanjang Orde Lama akan kita temui bagaimana dalam sejumlah jabatan Natsir memperlihatkan konsistensi terhadap hal-hal yang mendasar dan pokok serta selalu berusaha menyumbangkan pemikirannya apapun jabatan yang diembannya. Menteri Penerangan, Perdana Menteri, Ketua Umum Masyumi, anggota parlemen, tahanan politik, berbagai diorama posisi tersebut tidak menyurutkan sumbangsih pemikiran Natsir bagi negeri.

            Alasan keempat ialah pengaruh pada masanya dan warisan yang ditinggalkannya. Mohammad Natsir tak syak lagi merupakan tokoh yang bergulat dengan dialektika zaman dan tribulasi di era Orde Lama. Pengaruh dari pemikiran dan pandangan yang disampaikannya dalam berbagai kesempatan telah menggerakkan sejumlah aksi politik. Beliau sebagai tokoh Islam merupakan simbol dari perjuangan Islam politik. Untuk kemudian ketika musim berganti pada era Orde Baru, Natsir tetap kukuh memperjuangkan dakwah Islam dengan mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang melahirkan sejumalah ulama dan memberikan pencerahan pemikiran bagi negeri. Adapun warisan yang ditinggalkannya diantaranya melalui sejumlah buah pena yang begitu berisi dengan kalimat sastra yang memikat. Capita Selecta, Fiqhud Da’wah merupakan contoh dari sekian banyak tulisannya yang memaparkan tentang visi dan pemikiran beliau dalam berbagai aspek kehidupan.