Mulai Maret 2020 Diprediksi Dampak Virus Corona Ke Ekonomi Indonesia Mulai Terasa

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG.COM -  Dampak virus corona terhadap ekonomi Indonesia diprediksi mulai pada bulan Maret 2020.

Hal ini disampaikan Sekretaris Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Susiwijono  di Jakarta, Senin (24/2). 

“Puncaknya Virus Corona itu 20-30 Januari. Jadi kalau satu sampai dua bulan plus itu berarti di pertengahan Maret akan terasa,” jelasnya. 

Dia mengatakan untuk menyikapi wabah virus corona ini harus sangat hati-hati. Pasalnya jumlah korban virus ini terus bertambah.  Tercatat pada 31 Januari hingga per hari ini mencapai 79.166 orang terinfeksi dan 2.444 orang meninggal dunia.

Menurutnya dari virus ini tidak hanya berdampak pada ekonomi, tapi juga akan berdampak pada bidang politik.   “Perubahannya sangat cepat dari ekonomi dan politik, jadi kita perlu hati-hati betul menyikapi COVID-19. Perkembangannya eksponensial,” katanya menambahkan. 

Lebih lanjut dia menjelaskan dampak virus tersebut terhadap ekonomi Indonesia yakni salah satunya penerimaan negara dari sektor impor yang menurun. Pasalnya sekitar 74 persen barang modal untuk industri atau impor Indonesia masih berasal dari China.

Meskipun hingga kini Indonesia masih memiliki stok bahan modal untuk industri, kata dia, namun persediaan itu diproyeksikan akan habis dalam waktu satu hingga dua bulan mendatang. “Impor kita kan 74 persen barang modal bahan baku. Memang kita masih punya stok, tapi biasanya siklusnya satu sampai dua bulan akan kesulitan,” katanya.

Tak hanya itu, dampak wabah Virus Corona juga terjadi melalui penghentian lalu lintas orang, terutama untuk wisatawan China yang telah dilakukan sejak 5 Februari sehingga menghilangkan penerimaan negara dari sektor pariwisata.

Ia melanjutkan penghentian wisatawan China untuk masuk ke Indonesia juga berdampak pada lalu lintas uang yang hilang yakni melalui devisa. “Masalah utamanya nanti berpengaruh kepada semuanya, lalu lintas barang, orang, dan uang. Kalau lalu lintas orang kita udah stop per 5 Februari sudah enggak ada orang dari China,” ujarnya.

Oleh sebab itu, Susiwijono mengatakan pemerintah terus memonitor dan memikirkan upaya-upaya dalam menghadapi hal tersebut, seperti melalui RUU Omnibus Law Cipta Kerja dan Perpajakan yang sedang didorong realisasinya. “Global sangat dinamis sekali, makanya RUU Cipta Kerja dan Perpajakan harus kita dorong secepat-cepatnya supaya bisa respon itu. Lalu bagaimana insentif untuk tiket, insentif belanja di depan yang kaitannya dengan bantuan sosial, dana desa, karena ini kan strategi,” jelasnya.