Pembelajaran Daring Tidak Selalu Harus Menggunakan Kuota Internet

SHARE

Pembelajaran Daring Tidak Selalu Harus Menggunakan Kuota Internet


CARAPANDANG.COM – Pemerhati pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji mengatakan pembelajaran daring tidak melulu menggunakan kuota internet.

"Pembelajaran daring bukan hanya live streaming, namun bisa menggunakan perpaduan antara daring dan luring (luar jaringan)," ujar Indra di Jakarta, Rabu.

Dalam pembelajaran daring yang saat ini diterapkan selama pandemi COVID-19 di Tanah Air, kata dia, harus ada rujukan atau tata cara agar anak bisa memecahkan permasalahan yang ada melalui sistem manajemen pembelajaran yang ada.

Perintah atau tata cara siswa belajar dipandu melalui sistem manajemen pembelajaran yang ada. Siswa dipandu untuk mencari tahu dalam menyelesaikan suatu persoalan.

"Siswa dipandu untuk berkarya dengan menggunakan teknologi digital," tambah dia.

Pembelajaran daring, hendaknya berorientasi pada kemampuan siswa memecahkan masalah, berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, kreatif, dan inovatif dengan menggunakan teknologi digital sebagai alat kerja.

"Jadi anak bukan sekedar menerima informasi, tapi mencari tahu dengan perangkat digital yang tersedia," kata dia.

Indra mengatakan keliru jika pembelajaran daring dengan hanya memberikan tugas maupun ceramah daring. Model pembelajaran seperti itu hanya satu arah, padahal idealnya pembelajaran harus dua arah atau saling berinteraksi antara siswa dan guru.

Prihatin dengan kondisi yang ada saat ini, CERDAS bekerja sama dengan sekolah menengah atas berbasis digital milik Arizona State University Amerika Serikat, ASU Prep Digital, menghadirkan program pembelajaran daring yang didukung oleh teknologi dan materi dari Lincoln Learning Solutions serta Urban Green Education untuk dunia pendidikan di Indonesia.

"Selama dua minggu, saya menyaksikan kegagapan dunia pendidikan Indonesia dalam menjalankan pembelajaran daring, jika dibiarkan terus menerus generasi masa depan bangsa yang akan menjadi korbannya, karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan situasi menjadi normal kembali," kata dia.

Para pendidik Indonesia belum siap untuk membimbing peserta didik menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 yang serba digital.

"Untuk itu, saya mengambil inisiatif dengan membawa program blended learning atau integrasi antara daring dan luring terbaik untuk diimplementasikan di Indonesia. Melalui program ini, gurunya bukan hanya beda tempat mengajar, bahkan beda benua dan beda zona waktu tetapi mutu pendidikan tetap dijaga bahkan meningkat," jelas Indra.

Program yang ditawarkan mulai dari TK hingga perguruan tinggi, program pelatihan guru secara intensif, dan program ijazah sekolah menengah atas ganda dari Amerika Serikat. Untuk informasi lebih lanjut dapat diakses di http://www.greenstudy.org/.*