Pendidikan Ke Depan Harus Meningkatkan Peserta Didik Berpikir Kritis

SHARE

Ilustrasi


CARAPANDANG.COM - Pendidikan ke depan harus mampu meningkatkan peserta didik berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi. Hal ini harus tercermin dalam buku.

Demikian disampaikan  Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perbukuan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno  dalam diskusi daring dengan Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Kamis (26/11).

Totok mengatakan, untuk itu buku-buku harus mengajak siswa untuk belajar di dunia nyata.  Dunia nyata yang dia maksud adalah kondisi riil yang ada di lingkungan anak-anak.  Dia menjelaskan bahwa setiap anak memiliki dunia nyata yang berbeda-beda. Keberagaman inilah yang harus didorong dan ditanamkan dalam buku-buku.

Lebih lanjut dia menuturkan buku pelajaran yang digunakan harus contoh konteks dunia nyata. Jika seluruh buku pelajaran seragam maka ini tidak akan cocok.  "Dunia nyatanya apa saja? Ya konteksnya berbeda-beda. Kalau Indonesia ini sangat beragam, kalau bukunya seragam ini saya kira nggak cocok," kata Totok menambahkan.

Selama ini yang terjadi, misalnya buku yang digunakan siswa di Papua isinya bersifat Jawa sentris. Di dalam buku digambarkan soal jalan tol, jalan aspal, dan kereta api, padahal di daerahnya tidak ada fasilitas seperti itu.

Terkait dengan muatan lokal (mulok) pada buku, Totok mengatakan harus ditumbuhkan agar mencerminkan keberagaman Indonesia. Namun, di sisi lain menampilkan mulok pada buku ini juga membutuhkan kreativitas.

Sejarah-sejarah lokal yang ada di satu daerah tertentu penting untuk dimuat di dalam buku. Ia mencontohkan, buku sejarah untuk anak kecil, daripada disajikan dengan memuat sejarah nasional lebih baik jika dimulai dengan sejarah daerahnya sendiri. "Saya pikir, apa nggak bisa ya diangkat lokal. Ada situs-situs lokal yang itu ternyata membawa sejarah dan peradaban di area itu misalkan," ujarnya menambahkan.Â