Penutupan Perdagangan, Rupiah Menguat ke Level Rp15.695 per Dolar AS

SHARE

Nilai tukar rupiah menguat ke level Rp15.695 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan di Jakarta, Selasa.


CARAPANDANG - Nilai tukar rupiah menguat ke level Rp15.695 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan di Jakarta, Selasa.

“Dalam penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 6 poin atau 0,04 persen (walaupun sebelumnya sempat menguat 10 poin) di level Rp15.695 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.701 per dolar AS. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.650-Rp15.750 per dolar AS,” ujar Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa.

Malam ini, pelaku pasar fokus terhadap data inflasi indeks harga konsumen (consumer price index) AS pada Oktober 2023 yang diperkirakan menyentuh angka 3,3 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 3,7 persen.

Perkiraan tersebut menunjukkan penurunan inflasi setelah sempat melampaui ekspektasi selama dua bulan terakhir.

Dugaan angka CPI AS didasari serangkaian pernyataan pejabat Federal Reserve (The Fed) yang memperingatkan inflasi tinggi dapat memberikan Bank Sentral AS lebih banyak dorong untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, sehingga berpotensi melemahkan aset-aset berisiko.

Hingga saat ini, tingkat inflasi AS belum turun ke level target 2 persen. Sentimen dari domestik, ada sikap optimis dari pelaku pasar dalam melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan yang diperkirakan berada di kisaran 5,00 persen yoy.

Beberapa faktor pendorong pertumbuhan ekonomi tersebut mencakup kebijakan kenaikan gaji aparatur sipil negara (ASN), penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu), dan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).

“Kemudian tingkat inflasi pada tahun 2024 diperkirakan sebesar 3,20 persen yoy. Ini juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan prognosa inflasi dalam ATBI (Anggaran Tahunan Bank Indonesia) 2023 yang sebesar 2,84 persen. Peningkatan inflasi pada tahun depan sejalan dengan permintaan yang masih baik dan dampak dari nilai tukar yang lebih lemah,” ungkap Ibrahim.