Penyelundupan Narkoba Dari Timur Tengah Semakin Meningkat

SHARE

Ilustrasi


CARAPANDANG.COM -  Jalur baru penyelundupan narkoba dari Timur Tengah semakin meningkat. Maka itu, memaksimalkan keberadaan Atase Polri perlu dilakukan  dalam upaya  melakukan deteksi dini memerangi peredaran narkoba.

Hal ini disampaikan Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy Dr Phil Shiskha Prabawaningtyas saat menjadi pembicara Webinar Series "Geopolitik dan Ancaman Transnasional Narkotika di Tengah Pandemi" yang diadakan Universitas Paramadina, Senin (23/6).


“Penting membuat 'early warning system' dalam fungsi KBRI di negara-negara yang terindikasi (produsen narkoba). 'Early warning system' dengan fungsi interpol dan atase polisi,” jelasnya. 

Menurutnya "Early warning system" Indonesia dalam mengatasi penyelundupan narkoba dari kawasan Timur Tengah,  bisa dengan memaksimalkan keberadaan atase polisi di Kedutaan Besar Republik Indonesia. Tapi, Atase Polri di kawasan Timur Tengah hanya terdapat di KBRI Jeddah, Arab Saudi. "Di Timur Tengah yang baru ada atase polisi di Arab Saudi. Bagaimana dengan Iran," jelasnya menambahkan.

Wanita yang akrab disapa Icha ini menekankan pentingnya keberadaan atase polisi di perwakilan negara di luar negeri sehingga patut menjadi kajian atau pembahasan mendalam. Menurutnya selain dapat menjadi sistem deteksi dini, atase polisi juga dapat membantu pemulihan hubungan bilateral Indonesia dengan negara lain, karena perbedaan politik negara, misalnya penerapan hukuman mati terpidana narkoba yang mengakibatkan sempat renggangnya hubungan dengan Brazil dan Australia beberapa waktu lalu.

Menurut dia, saat ini jalur baru penyelundupan narkoba ke Indonesia semakin meningkat dari kawasan tersebut, khususnya dari Iran. Ia menyampaikan pada 2020 saja penyelundupan sabu-sabu dari jaringan internasional Iran yang diungkap penegak hukum setidaknya melebihi 1,6 ton.