CARAPANDANG.COM - Bekerjasama dengan UHAMKA dan Genial.id, Al-Wasat Institute kembali menggelar Diskusi Ramadhan Virtual (Diravi). Tema yang diangkat pada Diravi kali ketiga ini adalah "Tips dan Trik Menulis Karya Fiksi Best Seller".
Acara yang dipandu oleh Fahmi Syahirul Alim menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, yakni Akmal Basery Basral (Novelis Senior dan Penulis Novel Sang Pencerah), Neni Nurachman (Penulis Novel 21 Senja di Tanah Koala) dan Luluk HF (Novelis Milenial dan Penulis Novel Mariposa).
Direktur Al-Wasat Institute, Faozan Amar dalam kata pengantarnya mengatakan semangat menulis apapun genrenya harus tetap dipupuk dan dilatih. " Dua Diravi sebelumnya membahas tips menulis artikel opini di media masa, sekarang kita membahas tips menulis karya fiksi. Apapun genrenya, tradisi menulis harus kita kuatkan dan masifikan, apalagi kalau kita bukan anak raja, maka menulislah!" pesan Faozan mengutip Imam Al Ghazali.
Faozan sangat senang, kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat luar biasa dari berbagai kalangan. "Ini rekor ya, hingga acara dimulai masih banyak yang mau daftar. Bahkan tidak tertampung di aplikasi zoom," ungkapnya.
Dalam materinya, Akmal Nasery Basral menyampaikan pentingnya kegigihan dan kerja keras dalam menulis "Kita harus ingat kata pepatah "Just type and bleed". Nyalakan Laptop, mulai ngetik dan berdarah-darahlah. Berjuang menulis hingga selesai," ungkapnya.
Adapun Neni Nurachman berpesan pentingnya memasukan muatan moral dan nilai-nilai luhur dalam sebuah cerita fiksi "Karena pembaca kita beragam, apalagi jika dibaca oleh anak-anak, maka penting untuk menyelipkan pesan-pesan moral untuk kehidupan sehari-hari,"katanya.
Sementara Lulu HF bercerita bahwa menurut riset beberapa penerbit mayor, karya fiksi lebih diminati oleh kaum milenial "Oleh karena itu mulailah menulis, jangan takut tidak diterima penerbit. Karena sekarang sudah banyak platform untuk menampung tulisan fiksi, salah satunya Wattpad" pesan Novelis Milenial yang karyanya dibaca jutaan kali di aplikasi Wattpad.
Acara yang dipandu oleh Fahmi Syahirul Alim menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, yakni Akmal Basery Basral (Novelis Senior dan Penulis Novel Sang Pencerah), Neni Nurachman (Penulis Novel 21 Senja di Tanah Koala) dan Luluk HF (Novelis Milenial dan Penulis Novel Mariposa).
Direktur Al-Wasat Institute, Faozan Amar dalam kata pengantarnya mengatakan semangat menulis apapun genrenya harus tetap dipupuk dan dilatih. " Dua Diravi sebelumnya membahas tips menulis artikel opini di media masa, sekarang kita membahas tips menulis karya fiksi. Apapun genrenya, tradisi menulis harus kita kuatkan dan masifikan, apalagi kalau kita bukan anak raja, maka menulislah!" pesan Faozan mengutip Imam Al Ghazali.
Faozan sangat senang, kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat luar biasa dari berbagai kalangan. "Ini rekor ya, hingga acara dimulai masih banyak yang mau daftar. Bahkan tidak tertampung di aplikasi zoom," ungkapnya.
Dalam materinya, Akmal Nasery Basral menyampaikan pentingnya kegigihan dan kerja keras dalam menulis "Kita harus ingat kata pepatah "Just type and bleed". Nyalakan Laptop, mulai ngetik dan berdarah-darahlah. Berjuang menulis hingga selesai," ungkapnya.
Adapun Neni Nurachman berpesan pentingnya memasukan muatan moral dan nilai-nilai luhur dalam sebuah cerita fiksi "Karena pembaca kita beragam, apalagi jika dibaca oleh anak-anak, maka penting untuk menyelipkan pesan-pesan moral untuk kehidupan sehari-hari,"katanya.
Sementara Lulu HF bercerita bahwa menurut riset beberapa penerbit mayor, karya fiksi lebih diminati oleh kaum milenial "Oleh karena itu mulailah menulis, jangan takut tidak diterima penerbit. Karena sekarang sudah banyak platform untuk menampung tulisan fiksi, salah satunya Wattpad" pesan Novelis Milenial yang karyanya dibaca jutaan kali di aplikasi Wattpad.
