Prof Djoko Saryono: Pandemi Perlu Dilihat Dari Aspek Spiritual

SHARE

Bincang Buku “Kepercayaan dan Pandemi: Antologi Esai Penghayat Kepercayaan Menghadapi Covid-19” yang diadakan oleh RBC Institute A. Malik Fadjar bekerja sama dengan Komunitas Pelangi Sastra dan Yayasan Satunama.


CARAPANDANG.COM -  Guru besar Universitas Negeri Malang, Prof Dr Djoko Saryono, meyakini bahwa relasi spiritual dengan Tuhan memiliki kaitan erat dengan pandangan penghayat kepercayaan terhadap pandemi, terutama Covid-19 yang saat ini dihadapi dunia.

“Dalam menghadapi pandemi, masyarakat penghayat kepercayaan memiliki beberapa strategi, seperti penguatan spiritualitas dan material ekonomi. Strategi itu merupakan bagian dari kepercayaan mereka dengan Tuhan-nya,” ujarnya dalam kegiatan Bincang Buku “Kepercayaan dan Pandemi: Antologi Esai Penghayat Kepercayaan Menghadapi Covid-19” yang diadakan oleh RBC Institute A. Malik Fadjar bekerja sama dengan Komunitas Pelangi Sastra dan Yayasan Satunama pada Sabtu (28/11). 

Terkait buku ini, dia menyebutnya sebagai upaya pelaku penghayat kepercayaan dalam memberikan perspektif mereka dalam dalam menghadapi pandemi. Baginya, pandemi tak harus melulu dilihat dari perspektif kesehatan, tapi juga spiritual.

Dalam kesempatan ini, Prof Djoko memberi beberapa catatan atas buku ini. Pertama, buku ini tidak berisi catatan kejadian atau dokumentasi selama pandemi. Buku ini hanya menyajikan analisis atau respon terkait kondisi pandemi pada masyarakat penghayat kepercayaan.

Selanjutnya buku ini tidak dapat mewakili pengalaman masyarakat itu sendiri, karena beberapa penulis hanya merupakan pengamat kelompok penghayat kepercayaan dan bukan bagian dari kelompok itu sendiri.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Riset RBC Institute, Hasnan Bachtiar, mengatakan, “Ada pesan dari masyarakat penghayat kepercayaan untuk publik, mengenai kondisi mereka.”

Pandemi menjadikan penghayat kepercayaan bukan hanya menjadi kaum minoritas, namun juga menjadi multiple minority.

Ada 4 poin utama yang menyebabkan hal tersebut, pertama, merupakan bagian dari agama minoritas dari 6 agama yang diakui di Indonesia; kedua, kondisi ekonomi masyarakat penghayat kepercayaan tergolong menengah ke bawah; ketiga, secara geografis tempat tinggal mereka terletak di daerah 3T; keempat, masyarakat penghayat kepercayaan merupakan kelompok rentan baru akibat pandemi.

“Masyakat penghayat kepercayaan di Indonesia harus dilindungi, mereka bagian dari Indonesia dan Indonesia itu mereka.” imbuhnya.

Melalui buku ini, alam seolah memberi pesan, bahwa makhluk hidup di bumi bukan hanya manusia, tapi juga makhluk hidup seluruh alam. Baik manusia maupun lainnya memiliki derajat yang sama. Covid-19 juga bagian dari alam, virus ini harus diterima, dengan upaya mengobati yang sakit dan menemukan penawarnya.