SAS Institute: Kepercayaan Masyarakat Kunci Keberhasilan Program Vaksinasi

SHARE

Ilustrasi


CARAPANDANG.COM -  Pemerintah tidak bisa sendiri dalam mensosialisasikan vaksin Covid-19 kepada masyarakat. Peran ormas islam dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dibutuhkan.

Hal ini disampaikan Deputi Kampanye Publik Said Aqil Siroj (SAS) Institute Endang Tirtana dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (22/10). 

Endang menjelaskan mengapa Ormas Islam dan MUI harus membantu pemerintah, pasalnya teori konspirasi dari kelompok-kelompok anti-vaksi masih sangat kuat. Bahkan, masih banyak yang menganggap Covid-19 tidak ada dan hanya konspirasi semata.

"Para ulama dan pemuka agama harus berperan kuat dalam memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa vaksin Covid-19 merupakan situasi darurat di tengah polemik apakah vaksin tersebut sudah tersertifikasi halal atau belum," katanya.

Demikian pula soal rencana vaksinasi darurat, kata dia, pemerintah harus ada penjelasan yang transparan kepada publik. "Jangan sampai karena ketergesa-gesaan akan mempengaruhi rencana dan tahapan yang telah disiapkan pemerintah," katanya.

Menurut dia, sosialisasi dan kepercayaan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program vaksinasi. "Bagaimanapun, vaksin merupakan opsi utama dalam pemulihan ekonomi. Kesulitan hidup dan ekonomi rakyat sudah sangat berat akibat Covid-19.  Perlu dukungan dari semua kalangan, termasuk untuk terus menjaga kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan pada semua aktivitas," kata Endang.

Dia menilai pemerintah sudah sangat serius menemukan vaksin Covid-19 untuk rakyat agar dapat keluar dari berbagai krisis yang diakibatkan oleh virus asal Wuhan, China itu. Bahkan, pemerintah telah gencar melakukan diplomasi agar mendapatkan vaksin.  Pada Agustus 2020 lalu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bersama Menteri BUMN Erick Thohir mengunjungi China untuk menjalin kerja sama terkait pengadaan vaksin dari Sinovac Biotech.

Indonesia melalui PT Bio Farma meraih komitmen 40-50 juta dosis dari Sinovac hingga Maret 2021, dari total keseluruhan mencapai 260 juta dosis. Bio Farma yang merupakan salah satu BUMN farmasi telah menggelar uji klinis fase 3 terhadap vaksin Sinovac dengan melibatkan 1.620 relawan.

Endang mengapresiasi pemerintah yang juga melakukan pertemuan dengan pimpinan Sinopharm dan Cansino Biologics. Sinopharm sedang melakukan uji klinis fase 3 di Uni Emirat Arab (UEA) bekerja sama dengan G42. Indonesia mengirim tim "reviewer" untuk memantau perkembangan uji klinis tersebut.

Bahkan, Retno dan Erick terbang ke Inggris untuk mendapatkan komitmen pengadaan vaksin dari AstraZeneca sebanyak 100 juta dosis. Selain itu, Indonesia melalui Bio Farma menjalin kerja sama multilateral pengembangan vaksin dengan Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI).