Senjakala Orde Lama

SHARE

Sukarno (Soki)


CARAPANDANG.COM - Senjakala Orde Lama terjadi karena praktek kekuasaan yang diterapkan di waktu itu. Pemerintahan tidak mampu me-manage ekonomi dengan baik. Pemerintah terlalu asyik main politik, sehingga melupakan aspek ekonomi. Untuk menutupi kedodoran, keterceceran di sektor ekonomi dan praktis tidak ada yang dibangun di masyarakat, pemerintahan Sukarno sibuk dengan konsep “Revolusi belum selesai”. Implementasi nyatanya adalah ekonomi mercusuar dengan pembangunan sejumlah bangunan seperti: kompleks olahraga Senayan, Monumen Nasional; patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia; patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng; patung Dirgantara di persimpangan Pancoran, Jakarta Selatan; dan patung di persimpangan Menteng, Jakarta Pusat, Tugu Pak Tani. Pembangunan mercusuar tersebut selain menelan anggaran yang besar juga praktis tidak dapat dirasakan manfaat nyatanya bagi kemakmuran masyarakat. Praktis hanya sisi politik, pride yang dibangun dari proyek-proyek mercusuar tersebut.

Sedangkan dari sisi ekonomi, kekacauan langkah dapat terlihat dari Bank Indonesia yang bertindak ugal-ugalan dengan mencetak uang seenak perutnya. Akibatnya uang yang beredar di masyarakat menjadi banyak. Untuk kemudian menimbulkan inflasi berkepanjangan yang mengakibatkan derita ekonomi bagi rakyat Indonesia. Tak mengherankan apabila salah satu poin dari Tritura adalah turunkan harga. Membanjirnya peredaran uang menyebabkan melambungnya harga-harga di pasaran.

Jika menelusuri lembaran historis, maka masa awal Orde Baru membawa sejumlah getah ekonomi Orde Lama. Tercatat sebagai berikut: utang negara sebesar 2,5 miliar dollar AS, inflasi mencapai 650%, cadangan devisa menciut sampai nol (pada 1965), kelangkaan barang-barang di pasar, melambungnya harga kebutuhan pokok, antrian panjang untuk mendapatkan makanan. Benjamin Higgins seorang ekonom memandang Indonesia tahun 1966, “Pasti harus dianggap sebagai kegagalan ekonomi nomor satu di antara negara-negara besar yang sedang berkembang.”