Supersemar, Jas Merah, dan Zaman Now

SHARE

Ilustrasi (Cara Pandang/KAM Darwis)


CARAPANDANG.COM – Tiap tanggal 11 Maret, bagi penyuka sejarah Indonesia akan teringat dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Supersemar dipercaya sebagai legitimasi peralihan kekuasaan dan kendali pemerintahan. Ironisnya Supersemar hingga kini wujud aslinya lenyap dari arsip sejarah. Supersemar pun ditengarai memiliki beberapa versi. Bagaimana bisa data sejarah sepenting ini hilang dari lembar sejarah Indonesia?

Sebenarnya Supersemar bukan sekadar ‘momen historis’ yang lenyap. Pengumuman proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Sukarno pada 17 Agustus 1945, dimana suara otentik Sukarno kala itu tidak terekam. Baru beberapa tahun kemudian Sukarno “mengulang” proklamasi dan direkam oleh Lokananta.

Bukan kali itu hal terkait Sukarno dan sejarah yang nyaris hilang. Tulisan tangan naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Sukarno sempat nyaris lenyap dari sejarah. Untungnya naskah tersebut diselamatkan oleh BM Diah (tokoh pers). BM Diah menemukan naskah proklamasi tulisan tangan Sukarno di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini hari, setelah disalin dengan mesin tik oleh Sayuti Melik.

Cerita tentang sejarah negeri ini yang hilang juga mewarnai benda-benda bersejarah. Hilangnya benda bersejarah dari museum-museum di Indonesia sempat menjadi keprihatinan tersendiri. Tersebarnya benda-benda bersejarah dari negeri ini di negara lain, tentu menimbulkan dilema historis. Dikarenakan kekayaan sejarah, budaya Indonesia justru berada di negara lain.

Sejarah Indonesia juga dipertanyakan oleh beberapa pihak. Diantaranya mengenai sejarah Orde Baru yang dianggap lebih pro terhadap pihak militer ataupun menjadikan Soeharto sebagai protagonis utama. Tentu di era reformasi, aneka versi sejarah dapat bermunculan dan bisa jadi mengoreksi sejarah yang sudah kokoh bercokol.

Pada akhirnya sejarah tak sekadar bercerita tentang masa lampau. Pada masa kini dibutuhkan untuk menjaga sejarah dan melacak aneka versi sejarah. Dan untuk masa depan, dengan belajar sejarah memungkinkan untuk bijak dan tidak terperosok pada kesalahan yang sama. Seperti kata Sukarno ‘Jas Merah’ – Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Dan tentu saja sejarah perlu dijaga, dirawat, dan diberikan makna untuk zaman now dan mendatang.