Dolar Melemah Efek Manufaktur AS

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Dolar AS mengalami kerugian besar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena data ekonomi yang mengecewakan di Amerika Serikat memperkuat kasus Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan bulan ini.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,74 persen menjadi 103,5585 pada akhir perdagangan.

Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur AS pada Mei turun menjadi 46,9 dari 47,1 pada bulan sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) pada Kamis (1/6/2023). Pembacaan tersebut mencapai level terendah sejak Maret, juga jauh dari perkiraan konsensus 47,0.

Indeks Prices Paid (indeks difusi) ISM, yang masuk hanya 44,2, secara signifikan lebih rendah dari ekspektasi pasar 52,0 dan pembacaan sebelumnya 53,2, yang menunjukkan penurunan inflasi di sektor manufaktur pada Mei.

Selera risiko investor juga meningkat secara umum karena DPR AS meloloskan undangundang plafon utang pada Rabu (31/5/2023) malam untuk menghindari gagal bayar utang.

Selain itu, klaim pengangguran baru dalam tujuh hari yang berakhir 27 Mei naik 2.000 dari 230.000 minggu lalu, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan Kamis (1/6/2023), tetapi tidak ada tanda PHK besar-besaran.

Data penggajian swasta AS, yang menunjukkan pekerjaan meningkat lebih dari yang diharapkan, dapat mengakibatkan Fed mempertahankan suku bunga tinggi untuk beberapa waktu.

Pejabat Fed menunjuk ke arah "melewatkan" kenaikan suku bunga pada pertemuan 13-14 Juni, memberikan waktu bagi bank sentral untuk menilai dampak dari siklus pengetatan sejauh ini terhadap data inflasi yang masih kuat.

Pasar memperkirakan peluang sekitar 32 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Juni, dibandingkan dengan peluang hampir 67 persen sehari yang lalu, menurut alat CME FedWatch.

"Saya pikir pasar mengantisipasi bahwa dolar masih akan berada dalam posisi di mana dolar akan berjuang melawan mata uang berimbal hasil lebih tinggi," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

Bankir bank sentral AS seharusnya tidak menaikkan suku bunga pada pertemuan mereka berikutnya, Presiden Federal Reserve Philadelphia Patrick Harker mengatakan pada Kamis (1/6/2023), meskipun inflasi tinggi turun pada kecepatan "lambat yang mengecewakan".

Euro pulih dari level terendah dua bulan pada Kamis (1/6/2023) setelah Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan pengetatan kebijakan lebih lanjut diperlukan.

Pada akhir perdagangan New York, euro meningkat menjadi 1,0761 dolar AS dari 1,0673 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2526 dolar AS dari 1,2417 dolar 

Dolar AS dibeli 138,8330 yen Jepang, lebih rendah dari 139,3160 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9060 franc Swiss dari 0,9115 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3447 dolar Kanada dari 1,3576 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,8163 krona Swedia dari 10,8701 krona Swedia. dilansir antaranews.com