COVID-19 Berdampak Negatif pada Usaha Pesantren

SHARE

Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Suparman Manjan (istimewa)


CARAPANDANG - Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Suparman Manjan mengatakan pandemi COVID-19 berdampak pada pengembangan bisnis pondok pesantren.

"Khususnya terkait pembiayaan, pengaruhnya sangat besar. Banyak orang tua yang tertarik menyekolahkan putra-putrinya di pesantren, tetapi terbentur dana," kata Suparman, di Tanjungpinang, Selasa (15/3/2022).

Menurut dia, hampir semua pondok pesantren di Indonesia mengalami nasib yang sama. Saat penerimaan santri dan santriwati baru, tidak semua orang tua mampu membayar biaya pendidikan yang ditetapkan pondok pesantren.

Padahal biaya masuk pondok pesantren, khususnya di Kepri, jauh lebih murah dibanding provinsi lainnya. Bahkan biaya bulanan yang ditetapkan di pesantren juga murah, seperti di pesantren di Bintan, rata-rata tidak mencapai Rp1,5 juta per bulan.

Biaya bulanan itu bukan hanya untuk pendidikan, melainkan juga makan tiga kali, tempat tidur, listrik dan air.

"Persoalan lainnya, ada sejumlah santri dan santriwati yang tidak mampu membayar uang sekolah. Kami membantu santri dan santriwati dari keluarga yang tidak mampu. Yang penting, mereka berprestasi," ucapnya.

Di masa pandemi, menurut dia, pengelola pondok pesantren berupaya bertahan. Peningkatan kualitas pendidikan menjadi target utama, dengan menyiapkan tenaga pendidikan yang berkualitas dan fasilitas pendidikan yang memadai.

Halaman : 1