Dokter Bedah: Usus Buntu pada Anak berisiko Lebih Tinggi Dibanding Dewasa

SHARE

istimewa


CARAPANDANG.COM - Praktisi kesehatan yang juga dokter spesialis bedah dr Dion Ade Putra, Sp.BS mengatakan usus buntu yang terjadi pada anak bisa berisiko lebih tinggi jika dibandingkan dengan dewasa karena jaringan lemaknya yang masih pendek.

“Untuk terjadinya perforasi atau usus buntu yang pecah itu lebih tinggi dibandingkan orang dewasa karena jaringan lemak di anak itu masih pendek sehingga sulit untuk melokalisasi infeksinya,” katanya dalam diskusi mengenai penanganan usus buntu yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Infeksi akibat usus buntu yang pecah pada jaringan lemak perut yang disebut omentum, katanya, akan menyebar lebih cepat pada area perut karena organnya masih pendek pada anak. Sehingga tingkat keparahannya akan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang dewasa.

Ia mengatakan secara teori orang yang mengalami usus buntu biasanya akan terasa nyeri di perut kanan bawah. Selain itu, terdapat risiko untuk terjadinya perforasi atau pecah usus buntu sebesar tujuh sampai delapan persen dalam 12 jam ke depan, sehingga harus cepat ditangani oleh dokter.

“Sebaiknya bila sudah merasakan nyeri yang sangat intens di perut kanan bawah sebaiknya segera periksakan diri ke dokter terdekat,” katanya.

Dijelaskannya usus buntu biasanya terjadi karena ada sumbatan di usus akibat feses yang mengeras, dan mengakibatkan radang usus buntu. Feses yang keras, kata Dion, biasanya disebabkan karena diet yang kurang serat, tidak minum air putih secara teratur dan kurangnya asupan prebiotik untuk melancarkan saluran cerna.

“Usus buntu biasanya karena segala sesuatu yang menyebabkan seseorang mengalami konstipasi atau menyebabkan fesesnya keras sehingga feses tersebut menyumbat di usus buntu tersebut,” kata dokter bedah Rumah Sakit Mayapada ?????.

Pada orang dewasa, kata dia, gejala awal usus buntu bisa dideteksi dari nyeri di sekitar pusar yang akan meningkat dan beralih ke perut kanan bawah. Biasanya juga bisa disertai dengan demam dan kemudian mual dan muntah.

Halaman : 1