Jangan Menjadi Negeri yang Tuna Rasa

SHARE

Ilustrasi (Net)


CARAPANDANG- Oleh: Amir Fiqi, Wartawan dan Pemerhati Sosial

Kesal, marah, dan sedih inilah yang penulis rasakan saat  melihat kondisi bangsa. Korupsi yang dianggap menjadi musuh bersama justru semakin tumbuh subur di republik ini.

Satu koruptor tertangkap, muncul koruptor-koruptor baru. Ibarat istilah mati satu tumbuh seribu. Inilah kondisi koruptor di negeri yang kita cintai.

Para koruptor juga telah hilang rasa kemanusiannya, mereka tega melakukan kejahatannya disaat kondisi ekonomi masyarakat yang sulit dan semakin tercekik karena diterpa badai pandemi Covid-19. Misalnya, saat pemerintah menggelontorkan bantuan sosial (Bansos) yang bertujuan untuk meringankan beban masyarakat di tengah pandemi Covid-19  masih ada pejabat yang tega mencuri hak rakyat tersebut.

Koruptor tersebut adalah mantan Menteri Sosial Juliari Batubara. Uang rakyat yang dicuri jumlah juga sangat fantastis yakni Rp32,48 miliar. Dan aksi korupsi dana tersebut juga  tidak hanya dilakukan oleh menteri, tapi diikuti hingga level paling bawah,  yakni para pendamping dari program bantuan tersebut. Ini sungguh sangat memprihatinkan.

Yang lebih menyayat hati, di saat kondisi masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng, dan harga minyak goreng yang terus melambung tinggi, masih ada pejabat tinggi di Kementerian Perdagangan turut menjadi mafia, yakni Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana (IWW).

Kejaksaan Agung (Kajagung) RI telah menetapkan IWW sebagai terangka dalam kasus dugaan korupsi penyelewengan minyak bersama tiga orang lainnya dari perusahaan produsen/eksportir mintak sawit (CPO dan turunannnya).

Inilah wajah korupsi di Indonesia yang terlihat secara jelas. Dan  masih banyak sekali para koruptor di negeri ini yang belum terunggap. Sehingga perlu kerja keras para penegak hukum dalam memberantas korupsi di negeri ini. 

Halaman : 1