Kiprah Wanita Papua Menerobos Batas Ketermarjinalan

SHARE

Foto: Antara


Sosok Naniek tidak banyak tampil di media, bahkan mungkin saja tidak diketahui banyak orang. Namun, keahliannya mengoperasikan alat berat dengan jarak tujuh kilo meter lebih dari tempatnya duduk tidak banyak dikuasai orang lain, apalagi kaum laki-laki lainnya.

Ini menunjukkan perempuan Papua dapat mencapai kemampuan yang selama ini mungkin saja hanya dapat diraih oleh kaum laki-laki.

Target 2000 ton "ore" atau material tambang per hari khusus untuk perempuan Serui tersebut, harus dapat dicapai selama kurang lebih 12 jam kerja.

Bagi Naniek, pekerjaan yang kini digelutinya membutuhkan pelatihan, pembelajaran khusus dan terbiasa agar dapat mengoperasikan alat berat tersebut dengan lancar.

Operator alat berat dengan kontrol jarak jauh tersebut sudah sejak dulu dioperasikan oleh PT Freeport Indonesia, namun baru beberapa tahun belakangan ini dipercayakan kepada perempuan.

"Dari sekitar 20 unit yang dioperasikan, tidak hanya operator truk uploader, namun alat berat lainnya, tujuh hingga delapan di antaranya dioperasikan oleh perempuan-perempuan yang merupakan orang asli Papua," kata Superintendent Underground Mine Dispatch and Automation PT Freeport Indonesia Desrizal, yang merupakan atasan langsung Naniek Ramandey.

Bagi perempuan yang berasal dari wilayah pantai di Papua ini, pada momen HUT ke-77 Kemerdekaan RI menjadi titik acuan di mana perempuan harus mulai bangkit dan memulihkan sekitarnya sesuai dengan tema dirgahayu tahun ini yakni "Pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat".

"Bangga dapat mengoperasikan alat berat seperti ini dan menunjukkan perempuan juga bisa," ujarnya.

Halaman : 1