Jakarta, Sejarah, dan Memori Politik

SHARE

Jakarta


CARAPANDANG - Jakarta baru saja mencapai 495 tahun pada 22 Juni 2022. Sebuah angka yang menunjukkan panjangnya lapis sejarah dari kota yang telah bersalin nama beberapa kali. Bersalin nama itu pun menunjukkan perihal sejarah, konstelasi politik.

Diksi Jakarta juga melekat pada Piagam Jakarta, lagi-lagi tahapan yang menunjukkan sejarah dan konstelasi politik dalam skala nasional. Piagam Jakarta juga menarik diperbincangkan mengenai relasi negara, Islam, dan nasionalis.

Jakarta juga dapat menjadi perlambang denyut nadi kehidupan politik. Mulai dari seniman yang pernah menjadi gubernur di ibu kota, hingga pertanyaan apakah Gubernur DKI Jakarta merupakan posisi yang pas untuk melakukan mobilitas vertikal menuju RI-1?

Joko Widodo (Jokowi) “memanjat” dari jabatan kepala daerah Wali Kota Surakarta, Gubernur DKI Jakarta, hingga menempati RI-1. Ketika ikut dalam persaingan menjadi kepala daerah di Jakarta, popularitas Jokowi pun kian merambat naik. Tak lama menjabat sebagai gubernur, ia pun maju dalam percaturan politik nasional.

Maka ketika Anies Baswedan ikut dalam pemilihan kepala daerah di Jakarta, sinyalemen “dan terjadi lagi” sebagai batu loncatan menuju RI-1 pun kembali mengapung. Anies pun sempat santer dikabarkan akan turut dalam Pilpres 2019. Namun ternyata justru sang Wakil Gubernur DKI Jakarta kala itu Sandiaga Uno yang malah menjadi calon wakil presiden.

Meski begitu nama Anies masih tetap di top of mind hingga kini dan mungkin di 2024 pula. Dari simulasi kemungkinan koalisi, semisal Partai NasDem, Partai Demokrat, PKS, bisa jadi mengusung mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini.

Jakarta, sejarah, dan memori politik. Sejauh mana pesona Jakarta masih berkilau jika Ibu Kota Negara (IKN) telah bergeser ke Nusantara? Tentu perhelatan Pilpres 2024 akan menjadi penentu pula.