Membidik Generasi Milenial dan Z Lewat Produk Digital Perbankan

SHARE

Ilustrasi


CARAPANDANG.COM - Hasil sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada 2020 mengungkap dari 5,53 juta jiwa penduduk Sumatera Barat ternyata separuhnya adalah generasi milenial dan generasi Z.

Dari 5,53 juta jiwa tersebut tercatat generasi milenial mencapai 24,25 persen dan generasi Z 30,56 persen.

Generasi milenial merupakan mereka yang lahir pada 1981-1996 dengan perkiraan usia saat ini 24-39 tahun. Sedangkan generasi Z lahir 1997- 2012 dengan rentang usia 8-23 tahun.

Beranjak dari fakta tersebut, ini merupakan peluang dan tantangan bagi siapa pun karena hampir separuh penduduk Sumbar saat ini adalah orang muda.

Kehadiran anak muda ini menjadi peluang untuk membantu percepatan pertumbuhan ekonomi karena berada dalam usia produktif.

Dalam buku Millenials Kill Everything yang ditulis oleh Yuswohady mengungkap kehadiran generasi millenial membawa perubahan besar dalam berbagai aspek dan sektor kehidupan.

Bagaimana tidak ada, tak kurang dari 50 produk mulai dari jasa, layanan, industri hingga perilaku yang rontok dibuatnya setelah generasi milenial ini hadir.

Dengan akses internet rata-rata tujuh jam sehari mereka amat mudah berpaling ke lain hati atau bahasa positifnya mudah menerima perubahan dan lebih menyukai transaksi nontunai alias berdompet tipis.

Ini kemudian menjadi peluang bagi lembaga keuangan untuk melebarkan sayap memperkuat transaksi nontunai dan menyediakan layanan digital membidik para anak muda ini.

Bagi para milenial telepon pintar adalah segalanya. Mereka melihat kalender, kalkulator, senter, catatan, beli tiket pesawat, jam weker, pemutar musik, perekam, GPS, kompas, memindai barcode, remot TV dan AC cukup dari HP. Artinya ini lampu kuning untuk produsen barang-barang tersebut.

Tak hanya itu dalam bekerja mereka lebih mudah beradaptasi, cerdas, cepat dan terbiasa melakukan dua sampai tiga pekerjaan sekaligus.

Pada sisi lain generasi milenial ternyata suka berpetualang atau liburan minimal sekali setahun, cenderung cuek dengan politik dan lebih suka film, olahraga dan IT.

Dalam berbelanja milenial tak mempan dengan iklan konvensional apalagi masih pakai gaya hard marketing. Mereka lebih yakin dengan konten yang dicari sendiri ketimbang iklan yang bombastis.

Dalam memutuskan memakai produk mereka lebih percaya dengan ulasan dari konsumen lain yang dengan mudah dicari di internet ketimbang nama besar sebuah merek.

Apalagi kalau cuma diendorse selebriti yang bermodal ketenaran semata. Milenial jauh lebih percaya kepada ulasan influencer yang autentik, jujur dan kredibel.

Halaman : 1