Bupati Mambor: Pengembangan Jagung Menjadi Solusi Atasi Kemiskinan Ekstrim

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Bupati Teluk Wondama Papua Barat Hendrik Mambor menyebut kebijakan pengembangan tanaman jagung di wilayahnya sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan ekstrim, sekaligus bagian dari upaya pemulihan ekonomi masyarakat yang terpuruk akibat COVID-19.

"Pengembangan jagung di Teluk Wondama melibatkan seluruh petani yang ada di kampung-kampung supaya ekonomi masyarakat bisa pulih kembali dan ini sebagai solusi untuk mengangkat masyarakat dari kondisi kemiskinan ekstrim," ujar Mambor di Wasior, Sabtu.

Guna mendukung program pengembangan jagung dalam skala besar di Wondama, Pemkab setempat menyalurkan benih, pupuk dan alat-alat pertanian untuk membantu masyarakat menanam jagung di areal pekarangan mereka.

Bahkan, Pemkab Wondama memberikan insentif Rp6 juta per setiap keluarga yang akan menanam jagung.

Bupati Mambor juga memerintahkan instansi terkait untuk mencari pasar guna menyerap jagung yang diproduksi para petani.

"Saya biasa katakan bagaimana supaya masyarakat ini bisa dapat uang. Jadi dalam program ini, masyarakat cuma tanam dan rawat. Tidak usah pikir pasar karena Pemda yang akan carikan pasarannya," jelasnya.

Dinas Pertanian dan Pangan Teluk Wondama kini menyiapkan lahan seluas 180 hektare untuk pengembangan tanaman jagung ditambah 20 hektare untuk pengembangan sayur-sayuran.

Program ini melibatkan 800 kepala keluarga petani yang tersebar pada 13 distrik (kecamatan) di Teluk Wondama, dengan cakupan lahan minimal 45 x 50 meter persegi.

Untuk tahap pertama diharapkan setiap hektare bisa menghasilkan panenan sedikitnya 2 ton jagung kering sehingga secara keseluruhan ditargetkan mampu menghasilkan jagung kering minimal mencapai 150 ton.

"Target tersebut baru mencakup empat daerah potensi yakni Distrik Teluk Duairi, Wasior, Rasiei dan Nikiwar mengingat empat distrik itu memiliki jumlah petani serta cakupan lahan paling besar mencapai 75 hektare. Sementara daerah lainnya dikelompokkan sebagai daerah penunjang karena luasan lahan serta jumlah petani yang terlibat terbatas," jelas Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Teluk Wondama Korneles Paduai.

Saat ini harga jagung kering di Wondama berkisar Rp5.000 hingga Rp8.000.

"Kita ambil patokan harga paling rendah saja yaitu Rp5.000 per kilo, berarti pendapatan yang diperoleh mencapai Rp752 juta sekian. Kalau pendapatan rata-rata per KK itu Rp10 juta (2 ton per ha x Rp5.000). Itu yang paling rendah, mudah-mudahan bisa lebih dari itu," kata Korneles.