6 Alasan Muhammadiyah Gunakan Metode Hisab

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG –  Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan  jatuh pada tanggal 2 April 2022.  Penetapan 1 Ramadan ini bisa saja  berbeda dengan pemerintah, sebab motode yang digunakan tidak sama.  

Muhammadiyah menggunakan metode hisab, sedangkan pemerintah menggunakan motode rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qomariyah.

Perbedaan ini seharusnya disikapi dengan bijak. Sebab, kedua metode tersebut memiliki dasar argumen yang kuat.  Bagi yang menolak motode hisab dan tetap menggunakan motede rukyah berpegang pada hadist Rasullah, yaitu : “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah (idul fitri) karena melihat hilal pula. Jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban tigapuluh hari” (HR Al Bukhari dan Muslim)

Muhammadiyah juga memiliki argumen yang kuat sehingga tetap bersikukuh memakai motode hisab.  Hisab yang dipakai Muhammadiyah adalah hisab wujud al hilal, yaitu metode menetapkan awal bulan baru yang menegaskan bahwa bulan Qamariah baru dimulai apabila telah terpenuhi tiga parameter, yaitu  Telah terjadi konjungsi atau ijtimak,  Ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam dan  Pada saat matahari terbenam bulan berada di atas ufuk.

Berikut argumen mengapa Muhammadiyah memilih metode hisab, bukan rukyat: 

Pertama, Semangat Al Qur’an adalah menggunakan hisab. Hal ini ada dalam ayat : “Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan”  (QS, 55, AR Rohmaan : 5).

Ayat ini bukan sekedar menginformasikan bahwa matahari dan bulan beredar dengan hukum yang pasti sehingga dapat dihitung atau diprediksi, tetapi juga dorongan untuk menghitungnya karena banyak kegunaannya. Dalam QS Yunus (10) ayat 5 disebutkan bahwa kegunaannya untuk mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu.

Kedua,  jika spirit Qur’an adalah hisab mengapa Rasulullah Saw menggunakan rukyat?  Menurut Rasyid Ridho dan Mustafa AzZarqa, perintah melakukan rukyat adalah perintah ber-ilat (beralasan).  Ilat perintah rukyat adalah karena ummat zaman Nabi saw adalah ummat yang ummi, tidak kenal baca tulis dan tidak memungkinkan melakukan hisab. Ini ditegaskan oleh Rasulullah Saw dalam hadits riwayat Al Bukhari dan Muslim,

Sesungguhnya kami adalah umat yang ummi; kami tidak bisa menulis dan tidak bisa melakukan hisab. Bulan itu adalah demikian-demikian. Yakni kadang-kadang dua puluh sembilan hari dan kadang-kadang tiga puluh hari”.

Halaman : 1