Airlangga Tinjau Pelaksanaan Digitalisasi di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat

SHARE

Istimewa


CARAPANDANG - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata dan General Manager Divisi Bisnis Usaha Kecil Bank BNI Sunarna Eka Nugraha meninjau pelaksanaan digitalisasi di pasar tradisional di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, Rabu.

Menko Airlangga berdialog dengan sejumlah pedagang bumbu dapur di pasar tradisional itu guna memastikan dampak dari implementasi digitalisasi terhadap omset pedagang.

“Keberadaan online sangat dirasakan dimana salah satu pedagang itu omzetnya bisa mencapai Rp50 juta hingga Rp200 juta satu bulan dengan lebih dari 50 persen dari online,” ujarnya.

Hal tersebut dibenarkan oleh penjual bumbu dapur bernama Siska. Ia mengaku bisa meraup omset hingga Rp2,5 juta per hari bahkan mencapai Rp 6 juta pada saat tahun baru hanya dari penjualan online.

“Pendapatan yang tidak online, setengahnya dari online. Kita kebantu banget sama online apalagi Grab Mart,” ujar dia.

Lebih lanjut Airlangga menyampaikan bahwa melalui penjualan online pelanggan pasar sudah melebihi jangkauan radius Palmerah hingga daerah Tangerang. Pelanggan tersebut bahkan berasal dari pelanggan berulang seperti restoran yang berarti pasar tradisional kini mempunyai captive market tersendiri.

“Itu yang didorong oleh pemerintah bahwa on boarding UMKM seperti Grab Mart sangat didukung dan apalagi dengan masuk aplikasi, perdagangannya tercatat, penjualan tercatat sehingga memudahkan bagi perbankan untuk memberikan KURM” ujarnya

Selain menyampaikan dampak dari digitalisasi, pedagang juga mengajukan permintaan bantuan kredit kepada Menko Airlangga, untuk melakukan menambah modal dan ekspansi usaha terutama jelang Ramadhan dan Lebaran.

Airlangga menuturkan bahwa pemerintah melalui perbankan termasuk BNI memberikan kebijakan Kredit Usaha Rakyat dengan subsidi bunga 3 persen hingga Desember 2022 dengan plafon sampai Rp100 juta tanpa agunan.

“Dari BNI diberikan KUR tadi secara simbolis mulai dari Rp50 juta sampai Rp250 juta dan bunga yang diterapkan 3 persen dimana para pedagang dari yang ditemui tadi belum pernah mendapatkan kredit. Ini pertama kali mereka memanfaatkan kredit,” jelas dia.