Anies, Anak Guru Yang Mengubah Guru

SHARE

Sismono La Ode, M.A.


Sumbangsih dan terobosan yang digerakkan Anies Baswedan melalui serangkaian gerakan yang mencerahkan membuat ia dipercaya untuk mengemban amanah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI sejak 27 Oktober 2014. 

Selama berkiprah sebagai Mendikbud, Anies Baswedan membangkitkan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara untuk membuat sekolah menjadi tempat yang menyenangkan, menginisiasi gerakan memuliakan guru, mendorong minat baca, serta meningkatkan ikatan emosional antara orang tua, siswa, juga sekolah, merancang platform informasi potret Pendidikan daerah melalui Neraca Pendidikan Daerah (NPD), Belajar Bersama Maestro (BBM), dan masih banyak lagi terobosan yang dijalankan demi mendorong pendidikan nasional menjadi lebih baik. 

Soal kebijakan terkait guru, Anies Baswedan juga melakukan terobosan penting yang membuka peta jalan kompetensi dan kesejahteraan guru, mulai dari Ujian Kompetensi Guru (UKG), program Guru Pembelajar, program Guru Garis Depan (GGD), hingga program Guru Keahlian Ganda. Terobosan ini mampu menghadirkan solusi penting atas masalah-masalah guru yang belum tuntas saat itu. 

Kini Anies Baswedan diamanahkan menjadi gubernur DKI Jakarta.  Gagasan mengubah guru tetap ia lakukan. Gubernur Ibukota ini mencetuskan  konsep sekolah kolaborasi, sebagai bagian dari citra Jakarta Kota Kolaborasi. Sekolah Kolaborasi merupakan wadah bagi harmonisasi sekolah negeri dan swasta dalam mewujudkan pendidikan tuntas dan berkualitas, sekaligus mengecilkan jarak antara kualitas sekolah negeri dan swasta, termasuk halnya jarak kualitas guru-gurunya melalui kolaborasi dengan beberapa unsur yang disebut kolaborator. 

Bagi Anies Baswedan, guru adalah ujung tombak dalam pembangunan pendidikan. Guru memiliki segala daya untuk mengatur dan mendesain model pembelajaran, namun guru tidak bisa jalan sendiri. Para Guru membutuhkan para kolaborator yang terkadang memiliki gagasan dan inovasi lebih. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru di Jakarta menjadi suatu keharusan melalui kolaborasi dengan beberapa pihak. 
Para kolaborator diajak bersama-sama menelorkan ide terkait desain sistem pengembangan profesionalise guru melalui cakupan program, mekanisme pelatihan, dan penyedia pelatihan. Sementara para guru di Jakarta, juga diberi kebebasan untuk memiliki program dan pelatihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Para Kolaborator telah siap mendampingi mereka melalui UPT P2KPTK2 (Pusat Pengembangan Kompetensi Pendidik, Tenaga Kependidikan, dan Kejuruan) yang tersebar di lima wilayah di DKI Jakarta.

Soal kesejahteraan guru di Jakarta, jangan ditanya, setiap bulannya Guru PNS memperoleh TKD (Tunjangan Kinerja Daerah) berdasarkan golongan berkisar antara 6-9 Juta. Sementara itu guru-guru-guru dibawah kementerian Agama memperoleh Tunjangan Penambahan Penghasilan (TPP) bagi Guru dan Tenaga Pendidikan PNS sebesar Rp. 1 juta setiap bulan; Honorarium Bagi GTK Non PNS pada Madrasah Negeri sebesar Rp. 3.900.000 setiap bulan; Tunjangan Penambahan Penghasilan (TPP) Bagi Guru Non PNS pada Madrasah Swasta sebesar Rp. 550.000 setiap bulan; dan Tunjangan Penambahan Penghasilan (TPP) Bagi Tenaga Kependidikan Non PNS pada Madrasah Swasta sebesar Rp. 550.000.
Sementara itu, guru-guru yang bernaung di Himpaudi memperoleh bantuan dana pendidik dan tenaga kependidikan sebesar Rp. 500.000. Begitu pula guru-guru swasta memperoleh bantuan Rp. 500.000 setiap bulannya dan disalurkan melalui organisasi PGRI DKI Jakarta.

Bagi Anies, pemberian tunjangan kesejahteraan guru swasta ataupun guru di kementerian agama didasarkan bahwa mereka adalah guru-guru yang mendidik generasi Jakarta. Oleh karenanya pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk mensejahterahkan mereka sesuai dengan kemampuan. 
Memang mengubah guru bukanlah jalan singkat, butuh proses dan kemauan besar. Terlebih  Indonesia sebagai ladang tumbuh semainya guru-guru hebat dan inspiratif, memiliki kedekatan sejarah dengan guru. Para pendiri bangsa, seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, Tan Malaka, Agus Salim, KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, Jenderal Soedirman, Ki Hadjar Dewantara, Roehana Koedoes, Maria Walanda Maramis, adalah guru juga. Mereka tidak sekadar menjadi guru yang mendidik rakyat Indonesia, namun juga guru yang mengajar di kelas-kelas. 

Anies menyadari bahwa tokoh-tokoh pendiri bangsa yang ia kagumi adalah guru. Ia sendiri tumbuh dari pasangan yang memilih jalan guru. Dan para guru telah mengukir sejarah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka sudah sepantasnya sosok guru dimuliakan dan diteladani. Itulah mengapa saat dipinjamkan amanah untuk memimpin (termasuk menjadi Gubernur DKI Jakarta), tidak ada alasan untuk tidak memuliakan guru. Bagi Anies Baswedan: guru adalah pewaris nilai yang sudah menghibahkan dirinya untuk bangsa Indonesia. Selamat Hari Guru 2021. Guru Berdaulat, Bermartabat, dan Sejahtera! Tabik!

Halaman : 1