Anies Baswedan: KH Bisri Syansuri Bagian Penting Sejarah Perjuangan Indonesia

SHARE

Calon Presiden (Capres) nomor urut 01 Anies Baswedan menyebut almarhum KH Bisri Syansuri merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan RI.


CARAPANDANG - Calon Presiden (Capres) nomor urut 01 Anies Baswedan menyebut almarhum KH Bisri Syansuri merupakan bagian penting dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada masa sebelum kemerdekaan RI.

"Kami menyaksikan perjuangan KH Bisri Syansuri mendirikan pondok pesantren putri dalam sejarah Indonesia. Memperjuangkan nasib perempuan Indonesia," kata Anies dalam keterangan tertulis Kedeputian Media dan Komunikasi Tim Nasional (Timnas) Pemenangan Anies-Muhaimin (AMIN) di Jakarta, Sabtu.

Pernyataan itu disampaikan Anies saat menghadiri Haul ke-45 KH. M. Bisri Syansuri, Nyai Hj. Nur Khodijah Hasbullah ke-71, Masyayikh dan Dzuriyat, serta peringatan Harlah ke-109 Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Jumat (12/1) tengah malam.

Ia menjelaskan, cucu Kiai Bisri sudah pernah menjadi Presiden Indonesia yaitu Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sehingga dirinya berharap cicit almarhum yaitu Cawapres Muhaimin Iskandar atau Gus Muhaimin dapat menjadi Wakil Presiden RI.

"Insyaallah tali perjuangan untuk Indonesia tersambung," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Saat menghadiri kegiatan itu, dia juga mendoakan para ulama, masyayikh yang hadir. Anies juga menyebut mereka satu persatu di sela menyampaikan visi dan misi tentang gagasan perubahan yang digaungkan.

"Mudah mudahan 14 Februari bisa jadi hari perubahan Indonesia. Tekanan ekonomi yang luar biasa dialami keluarga-keluarga di Indonesia menjadi lebih baik. Kami menginginkan Indonesia adil makmur untuk semua, bukan Indonesia adil makmur untuk sebagian," kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Anies menjelaskan bahwa dia dan Muhaimin pada 26 tahun lalu merupakan aktivis kampus yang menentang kekuasaan orde baru (orba).

Tak terbayangkan, kata Anies, 25 tahun kemudian sejak saat itu, dirinya tersambung kembali dengan Gus Muhaimin untuk meningkatkan demokrasi Indonesia.

Sementara itu, kegiatan tersebut dihadiri oleh para kiai, tokoh, dan pemimpin pondok pesantren (ponpes) yang ada di Jombang dan Pulau Jawa, seperti mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj, Pemimpin Ponpes Lirboyo Kediri KH. Anwar Mansur, KH. Marzuki Mustamar, dan tokoh lainnya.